Kuota PMB Meningkat,
Pentingkan Kualitas atau Kuantitas ?
Proses pembelajaran, sebenarnya bisa
terjadi dalam banyak situasi dan lokasi (tempat). Pembelajaran di dunia
persekolahan, khususnya vokasi seperti Polinela (Politeknik Negeri Lampung)
ini, merupakan salah satu dari banyak tempat belajar yang paling dikenal
publik.
Di
lembaga itulah proses berbagi pengetahuan dilakukan secara terencana dan
terprogram, tentunya dalam bentuk kurikulum yang sudah diatur oleh aparat
birokrasi pendidikan (Negara).
Dan
untuk mengukur hasil dari proses pembelajaran, dilakukanlah berbagai bentuk
evaluasi, mulai dari yang namanya quis (ujian) dadakan, UTS, UAP sampai Ujian
Akhir Semester (UAS). Semua itu dilakukan untuk memperoleh level atau tingkatan
tertentu.
Dunia pendidikan formal, seperti Polinela, pada hakikatnya
memiliki tujuan besar, yaitu menjadikan lulusan yang berani menjadi diri
sendiri, autentik, dan unik tak tertandingi. Juga berperan dalam menfasilitasi,
yaitu mendampingi kaum mudanya (mahasiswa) agar mampu tumbuh dan berkembang
sesuai bakat, potensi, dan telentanya.
Mungkin,
karena hal itulah dunia kampus berkewajiban mempersiapkan kaum mudanya agar
mampu menjadi generasi pengganti, yang progresif dalam menjalankan estafet
kepemimpinan dalam setiap lini kehidupan.
Namun,
perbandingan yang tidak sesuai antara kapasitas PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru)
dengan jumlah peminat yang mendaftar, menjadi satu dilema tersendiri, khusunya
bagi lembaga persekolahan, seperti Polinela misalnya. Banyak diantara kita, yang
beranggapan bahwa, peningkatan kuota PMB akan meningkatkan input dana bagi
pemenuhan fasilitas, yang nantinya akan menunjang proses pembelajaran.
Namun,
disisi lain. Tidakkah kita pertimbangkan terlebih dahulu, kesiapan kita dalam menyambut
peningkatan kuota PMB ini, bagaimana fasilitas yang sekarang kita miliki,
apakah sudah memenuhi standar yang seharusnya, dan apakah kita sudah mantap
untuk melayani hak-hak kaum muda baru (Mahasiswa) nantinya. Hak mereka akan
tenaga pengajar (dosen, teknisi, dll), hak akan ruang kelas yang nyaman dan
kondusif, serta laboratorium, dan alat bahan praktikum yang memadai terkait
dengan studi mereka.
Ketika
memang kondisinya sudah siap untuk menambah kuota, maka tidak ada satu
alasanpun untuk tidak melakukannya, bila perlu harus disegerakan, agar tujuan
menjadi kampus ideal cepat tercapai. Namun, perlu dilakukan simulasi terlebih
dahulu. Agar dapat diketahui, kelebihan dan kekurangannya, sehingga kita dapat
mengantisipasi terhadap dampak yang akan
bermunculan nantinya.
Jika
melihat kondisi rill dilapangan, masih banyak yang harus dibenahi. Dapat dilihat
dengan masih adanya program studi yang mendapatkan kurikulum yang kurang
sesuai, yang seharusnya semester awal mendapatkan mata kuliah dasar terlebih dahulu,
namun sudah dicoba untuk mengikuti beberapa mata kuliah penjurusan, serta
kurang dan rusaknya beberapa alat – alat praktikum, menjadi kendala tersendiri
bagi mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan. Padatnya jam perkuliahan,
yang tidak disesuaikan dengan jumlah tenaga pengajar, juga menjadi kendala
tersendiri, jika di pagi hari, mungkin tenaga pengajar bisa optimal mengajar di
suatu kelas, namun ketika hari sudah siang sampai menjelang sore tenaga
pengajar sudah tidak maksimal lagi dalam menyampaikan materi di kelas lain.
Begitupun dengan mahasiwa, daya serap dan konsentrasinya tidak selalu optimal
disetiap saat.
Kekurangan
yang ada, bukan berarti menjadikan impian untuk menjadi kampus idel itu menjadi
putus ditengah jalan, banyak tahap yang harus dilakukan, termasuk berbenah
diri.
Mungkin.
Beberapa diantaranya ;
1) Sebelum proses PMB berlangsung, mulailah merekrut tanaga
pengajar baru yang memiliki kompetensi untuk mendidik insan - insan Vokasi.
2) Membangun dan memperbaharui semua fasilitas yang akan
menunjang proses pembelajaran, yaitu laboratorium, ruang kelas, dll
3) Prioritaskanlah kualitas, dari pada kuantitas. Karena lebih
baik memiliki jumlah kaum muda (mahasiswa) yang sedikit, namun berkualitas
tinggi, daripada memiliki jumlah kaum muda (mahasiswa) yang banyak, namun tak
berkualitas.
Allahu’alam bisawaf.
(Oleh : Aulia Rahmawati, PMIP-Sms 2)
0 comments:
Post a Comment