Oleh:
Chintya Netty Andriyani
Sikrab
dan
makrab, men- dengar hal
itu terkadang
terlintas dibenak
bebera- pa orang
bahwa
kegiatan tersebut merupakan suatu
bentuk kegiatan yang
sarat akan kekerasan fisik, psikis maupun perploncoan. Hal seperti
itu tidaklah
benar, kedua kegiatan tersebut merupakan
kegiatan yang baik namun disalahgunakan
oleh beberapa pihak yang tidak bertanggungjawab
se- hingga
menciptakan gam- baran yang
buruk menge-
nai acara
sikrab maupun makrab. Siang keakraban atau malam keakraban umumnya berbentuk
ke- giatan
outbond sesama anggota yang dilaksanakan
di alam terbuka ataupun
lingkungan kampus.
Tujuan utama dari ke-
giatan sikrab dan makrab adalah untuk menanamkan rasa kekeluargaan dan sarana menguatkan solidaritas diantara senior dengan
junior. Dari kegiatan tersebut nanti- nya akan
tercipta kesan, pengalaman baru
serta respect terhadap sesama
anggota, senior maupun terhadap
organisasi. Kegiatan ini biasanya tercipta hubunganyang
lebih harmonis antara senior-junior
serta meningkatkan rasa tanggungjawab dari
anggota baru tersebut terhadap organisasinya.
Mungkin pernah
bebera- pa diantara kita pernah
men- dengar berita tentang adanya perplocoan
yang
dilakukan beberapa senior terhadap
junior yang mengakibatkan
cedera fisik maupun cedera
psikis. Contoh terbaru perploncoan yang terjadi dengan berkedok acara siang keakraban/malam keakraban maupun kegiatan sejenisnya adalah
mahasiswa Univer-
sitas Islam Indonesia (UII) yang meninggal
selepas mengikuti kegiatan pendi-
dikan
dasar (diksar )
yang digelar Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UII. Dari contoh kasus tersebut kita semua tidak semata-mata dapat
menilai bahwa kega- iatan
sikrab/makrab atau ke- giatan sejenisnya merupakan
kegiatan yang negatif.
Ada sebuah peribahasa yang menyatakan “Nila
Setitik Rusak Susu Sebelan-
ga”, hal inilah yang
saat ini terjadi dilingkungan
sekitar kita. Karena adanya organ-
isasi yang menyalahgunak an kegiatan sikrab/makrab maka
semua organisasi di- anggap akan
melakukan kes- alahan yang
sama. Hal ini ti- daklah
benar, karena tujuan dari setiap organisasi
adalah untuk menciptakan genera-
si
baru yang bertanggung jawab serta memiliki
soli- daritas yang tinggi,
memang cara dari setiap organisasi tersebut akan berbeda-beda namun
tujuannya tetaplah sama.Lalu bagaimana sikap
para aktivis organisasi dalam menyikapi paradigma
yang
terjadi tersebut?
Pertama, menciptakan ke- percayaan. Hal
yang terjadi saat ini adalah
minimnya rasa percaya terhadap kegiatan organisasi, maka yang perlu dilakukan
adalah meningkatkan kepercayaan tersebut. Kepercayaan tersebut dapat dibangun dengan
menciptakan gambaran acara yang memang sesuai dengan tujuan awal serta tidak menciptakan
kesan yang buruk, misalnya dengan bersikap terbuka mengenai konsep acara kegiatan
sikrab/makrab serta melakukan penekanan bahwa
tujuan acara tersebut adalah demi kemajuan bersama.
Kedua, bertanggung jawab terhadap acara.
Penyalahgunaan acara yang terjadi umumnya disebabkan karena panitia yang tidak
bertanggungjawab terhadap acara, semula cara tersebut hanyalah outbond pada
umumnya namun pada pelaksanaannya diselipkan kegiatan yang bersifat kekerasan
fisik maupun psikis. Sebaiknya sejak perencanaan acara pihak panitia memiliki komitmen
yang kuat terhadap tujuan dan teknis acara yang telah ditetapkan.
Ketiga, jangan meninggikan
senioritas. Kekerasan yang terjadi pada kegiatan sikrab
makrab atau sejenisnya biasanya terjadi karena adanya pihak yang terlalu menjunjung
tinggi senioritas. Senioritas memanglah penting untuk ditanamkan namun senioritas yang tercipta karena kekerasan bukanlah senioritas yang baik.
makrab atau sejenisnya biasanya terjadi karena adanya pihak yang terlalu menjunjung
tinggi senioritas. Senioritas memanglah penting untuk ditanamkan namun senioritas yang tercipta karena kekerasan bukanlah senioritas yang baik.
Sebagai aktivis mahasiswa zaman
milenial saat ini, kita seharusnya tersadar bahwa
kegiatan kekerasan baik fisik maupun psikis bukanlah perilaku dari orang yang berpendidikan tinggi, khususnya mahasiswa. Jadi sebagai insan yang berpendidikan sekaligus agent of change kita seharusnya dapat menciptakan lingkungan organisasi yang sehat, baik serta berintegritas tanpa adanya kekerasan maupun penyalahgunaan wewenang disetiap kegiatan yang dilaksanakan, Khususnya kegiatan sikrab makrab.
kegiatan kekerasan baik fisik maupun psikis bukanlah perilaku dari orang yang berpendidikan tinggi, khususnya mahasiswa. Jadi sebagai insan yang berpendidikan sekaligus agent of change kita seharusnya dapat menciptakan lingkungan organisasi yang sehat, baik serta berintegritas tanpa adanya kekerasan maupun penyalahgunaan wewenang disetiap kegiatan yang dilaksanakan, Khususnya kegiatan sikrab makrab.
0 comments:
Post a Comment