Monday, December 19, 2016

Pulau Pasaran Bukan Tempat yang Tak Berpotensi

Reporter : Abiyya Khansa Altaf
                 Erlinda Gista

Sukma_Polinela; Pulau pasaran adalah sebuah pulau di Kecamatan Teluk Betung Barat, BandarLampung, Lampung. Sebagian besar masyarakat banyak yang sudah tahu adanya Pulau Pasaran atau yang dulu juga disebut Pulau Beringin di Bandar Lampung. Namun ada pula masyarakat seperti pendatang ataupun masyarakat Bandar Lampung itu sendiri masih belum mengetahui adanya Pulau Pasaran ini. 
Jika berbicara mengenai Pulau Pasaran, pasti identik dengan Ikan Teri dikarenakan Pulau Pasaran adalah desa yang terkenal dengan ikan terinya seperti Teri Katak, Teri Besar, Teri Nasi, Teri Hitam, Teri Putih, Teri Jengki, Teri Buntio, Teri Medan dan cumi serta Ikan Tanjan, Kampak dan masih banyak lagi. Namun,  sayangnya pemukiman masyarakat Pulau Pasaran yang mayoritas berair kini digenangi sampah dan membuat banyak masyarakat yang berkunjung mengenal Pulau Pasaran menjadi negatif.  Masyarakat yang belum mengenal dengan jelas, ada yang berpendapat kalau Pulau Pasaran ini adalah pemukiman kumuh. Dikatakan demikian, Ketua RT Desa Pulau Pasaran menampik hal tersebut. “Tahun 2010 pernah konsultasi dengan Dinas Tata Kota bahkan dengan Pariwisata, waktu itu pariwisata diprakarsai oleh Ibu Feri dan tata kota dengan Pak Toni, saya pernah bertanya mengenai tata kota bahwa punya wacana yang pertama, suatu saat jembatan ini nyambung, minta dibuatkan siger tepatnya ketika masuk jembatan penyebrangan”, Ungkap Subur. Berdasarkan rencana tersebut jika ada lahan kosong untuk dibangun masjid dan di samping masjid ada masyarakat yang berdagang kuliner seperti ikan asin dan makanan dari kerang hijau. “Nanti di belakang Puskesmas dibuat taman untuk anak-anak muda, hanya saja waktu itu Bu Nila dari Bappeda, meminta letak rumah harus menghadap laut semua”, Tambahnya.
Letak pemukiman memang masih belum tertata rapi dikarenakan masyarakat Pulau Pasaran enggan untuk membongkar rumah masing-masing yang rumahnya tidak beraturan untuk menghadap ke laut. Hal tersebut tentunya membutuhkan biaya yang besar terkecuali diterapkan dan dibiayai oleh Pemerintah, sehingga wacana tersebut sampai sekarang belum terealisasi. “Ada pihak yang ingin mengambil alih Pulau Pasaran ini, tetapi pemerintah kita bertahan karena potensinya besar, walaupun
Pulau Pasaran ini kecil, tapi jika lagi kondisi ada ikan bisa menyerap tenaga kerja 800 orang sampai 900 orang bahkan sampai ribuan”, Jelas Subur. 
Berbagai kegiatan dilakukan oleh  masyarakat Pulau Pasaran untuk mengurangi banyaknya sampah yang berserakan karena kurangnya tempat dan kurangnya pengaturan pengelolaan sampah seperti diadakannya Bank Sampah yang diketuai oleh Lisa masyarakat Pulau Pasaran. Bank sampah ini gunanya untuk mendaur ulang sampah yang ada. Bantuan yang diberikan untuk Pulau Pasaran terutama untuk pengelola, berasal dari Walikota dan maupun berasal dari Pusat, contohnya di Koperasi mendapatkan bantuan dari Kementerian Koperasi  5 unit Komputer berikut 1 Set Proyektor serta dari Kementerian Kominfo 6 Komputer. Namun masyarakat banyak yang belum menguasai sehingga pemanfaatannya masih belum maksimal. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Pulau Pasaran yang luasnya sekitar 12,5 hektar ini yaitu mengolah dan mencari ikan. Dari 286 Kepala Keluarga yang mengelola ikan kurang lebihnya 35 orang yang aktif dan selebihnya dikategorikan Buruh dan Nelayan sebesar 10 %, di Desa Pulau Pasaran tepatnya RT 09 itu sifatnya mengolah. Disamping itu, ada juga Produk Turunan Pulau Pasaran yaitu produk teri dijadikan olahan makanan, “Produk Turunan ini sudah terkenal, ada yang sudah dipasarkan di Chandra dan Manisan Yen-Yen”, Jelas Lisa. Masyarakat biasanya memasarkan ikan juga ke Jakarta. Jika sedang tidak ada aktivitas atau sedang tidak ada ikan, masyarakat banyak yang menganggur. “Saya berfikir jauh ke depan artinya, seperti ini bisa terjadi masyarakat lupa diri karena orang baik kalau mata pencahariannya ada untuk memenuhi ke butuhan makan dan sebagainya, tetapi jika masyarakat saja menganggur, maka bisa gelap mata dan timbul berbagai macam hal buruk”, Ujar Subur. Selain mengolah dan mencari ikan, Ketua RT Pulau Pasaran mengembangkan budidaya kerang hijau dari tahun 2013 yang diikuti masyarakat  hingga sekarang  jika ikannya sedang tidak ada. Hanya saja kendalanya terkadang harganya yang merosot dikarenakan minat konsumen yang kurang. RT Pulau Pasaran berharap agar warganya sejahtera dan kebutuhannya terpenuhi. (*Dini)

0 comments:

Post a Comment