Friday, May 12, 2017

Biotilik, Langkah Sederhana Mengetahui Kondisi Sungai


Pengamatan : Anggota UKM Poltapala serius melakukan pengamatan biotilik air dalam rangka Hari Air di Batu Putu /Foto : Maulana Syaifullah 

Reporter: Muhammad Maulana Syaifullah
                Yonada Triayu Nalamba

Sukma_Polinela; Dalam rangka memperingati hari air, UKM Poltapala mengadakan biotilik air pada hari Jumat dan Sabtu, 24-25 Maret lalu. Pada hari pertama biotilik dilakukan di Politeknik Negeri Lampung (Polinela), sedangkan untuk hari kedua dilakukan di Batu Putu. Dalam kegiatan ini terdapat 45 orang peserta, yang  terdiri dari anggota UKM Poltapala dan mahasiswa Polinela.

Biotilik merupakan cara sederhana untuk mengetahui kondisi tercemaranya suatu sungai. Biotilik sendiri berasal dari kata Bio yang berarti biota dan Tilik yang berarti mengamati, sehingga biotilik diartikan mengamati biota atau lebih sering disebut dengan pegamatan lingkungan. Pengamatan biotilik ini menggunakan indikator biota, umumnya indikator biota dari golongan hewan yang tidak bertulang belakang seperti udang, cacing, siput dan serangga air lainnya. Hasil dari pengamatan biotilik dapat memberikan petunjuk tentang ada tidaknya gangguan lingkungan pada ekosistem sungai.

Dalam pelaksanaannya terdapat 2 teknik yaitu,  kicking dan jabbing. Teknik kicking dilakukan di sungai dangkal dengan cara meletakkan jaring ke arah datangnya aliran air, sedangkan teknik jabbing dilakukan di tepi sungai dengan meletakkan jaring hingga menyentuh permukaan dasar sungai. Hal ini dilakukan pada satu aliran sungai dengan menempatkan 3 titik berurutan, yang mana masing-masing titik memiliki panjang 5 meter.

Untuk mengetahui kualitas sungai dengan biotilik dinilai dari keragaman jenis famili, jenis EPT, presentase kelimpahan, dan indeks biotilik. Berdasarkan kertas panduan disebutkan bahwa penilaian kualitas air sungai dibagi menjadi 4 kategori, yaitu : 3.3-4.0 (tidak tercemar), 2.6-3.2 (tercemar ringan), 1.8-2.5 (tercemar sedang), dan 1.0-1.7 (tercemar berat). “Semakin kecil nilai dari hasil biotilik menunjukkan sungai tersebut semakin tercemar.” ujar Rahmat Santoso selaku ketua pelaksana.

Berdasarkan hasil pengamatan pertama yang dilakukan pada sungai Polinela, didapatkan angka 1.68 yang mana hal ini menunjukkan bahwa sungai Polinela termasuk kedalam kategori tercemar berat. Sedangkan untuk pengamatan sungai yang berada di Batu Putu mendapat hasil 1.75 dan menunjukkan sungai tersebut tercemar sedang.

“Sebenarnya acara ini penting buat kita, karena kita dapat mengetahui sungai yang tercemar atau tidak tercemar dengan cara yang sederhana. Kita ketahui kalau sungai Polinela ini sudah tercemar berat dan harapannya mahasiswa bisa mengurangi kebiasaan membuang sampah disungai.” tegas Rahmat.

Dengan adanya kegiatan biotilik ini diharapkan bagi warga serta mahasiswa bisa lebih sadar akan menjaga kebersihan sungai dan sekitarnya. Membiasakan diri tidak membuang sampah ataupun sisa limbah ke sungai, merupakan langkah kecil yang bisa dilakukan untuk menjaga serta melestarikan ekosistem sungai. (*Aisyah)


0 comments:

Post a Comment