Pengamatan : Anggota UKM Poltapala serius melakukan pengamatan biotilik air dalam rangka Hari Air di Batu Putu /Foto : Maulana Syaifullah
Reporter:
Muhammad Maulana Syaifullah
Yonada Triayu Nalamba
Sukma_Polinela;
Dalam
rangka memperingati hari air, UKM Poltapala mengadakan biotilik air pada hari
Jumat dan Sabtu, 24-25 Maret lalu. Pada hari pertama biotilik dilakukan di
Politeknik Negeri Lampung (Polinela), sedangkan untuk hari kedua dilakukan di
Batu Putu. Dalam kegiatan ini terdapat 45 orang peserta, yang terdiri dari anggota UKM Poltapala dan
mahasiswa Polinela.
Biotilik
merupakan cara sederhana untuk mengetahui kondisi tercemaranya suatu sungai. Biotilik
sendiri berasal dari kata Bio yang
berarti biota dan Tilik yang berarti
mengamati, sehingga biotilik diartikan mengamati biota atau lebih sering
disebut dengan pegamatan lingkungan. Pengamatan biotilik ini menggunakan
indikator biota, umumnya indikator biota dari golongan hewan yang tidak
bertulang belakang seperti udang, cacing, siput dan serangga air lainnya. Hasil
dari pengamatan biotilik dapat memberikan petunjuk tentang ada tidaknya
gangguan lingkungan pada ekosistem sungai.
Dalam
pelaksanaannya terdapat 2 teknik yaitu, kicking dan jabbing. Teknik kicking
dilakukan di sungai dangkal dengan cara meletakkan jaring ke arah datangnya
aliran air, sedangkan teknik jabbing
dilakukan di tepi sungai dengan meletakkan jaring hingga menyentuh permukaan
dasar sungai. Hal ini dilakukan pada satu aliran sungai dengan menempatkan 3
titik berurutan, yang mana masing-masing titik memiliki panjang 5 meter.
Untuk
mengetahui kualitas sungai dengan biotilik dinilai dari keragaman jenis famili,
jenis EPT, presentase kelimpahan, dan indeks biotilik. Berdasarkan kertas
panduan disebutkan bahwa penilaian kualitas air sungai dibagi menjadi 4 kategori,
yaitu : 3.3-4.0 (tidak tercemar), 2.6-3.2 (tercemar ringan), 1.8-2.5 (tercemar
sedang), dan 1.0-1.7 (tercemar berat). “Semakin kecil nilai dari hasil biotilik
menunjukkan sungai tersebut semakin tercemar.” ujar Rahmat Santoso selaku ketua
pelaksana.
Berdasarkan
hasil pengamatan pertama yang dilakukan pada sungai Polinela, didapatkan angka 1.68
yang mana hal ini menunjukkan bahwa sungai Polinela termasuk kedalam kategori
tercemar berat. Sedangkan untuk pengamatan sungai yang berada di Batu Putu
mendapat hasil 1.75 dan menunjukkan sungai tersebut tercemar sedang.
“Sebenarnya
acara ini penting buat kita, karena kita dapat mengetahui sungai yang tercemar
atau tidak tercemar dengan cara yang sederhana. Kita ketahui kalau sungai
Polinela ini sudah tercemar berat dan harapannya mahasiswa bisa mengurangi
kebiasaan membuang sampah disungai.” tegas Rahmat.
Dengan
adanya kegiatan biotilik ini diharapkan bagi warga serta mahasiswa bisa lebih
sadar akan menjaga kebersihan sungai dan sekitarnya. Membiasakan diri tidak
membuang sampah ataupun sisa limbah ke sungai, merupakan langkah kecil yang
bisa dilakukan untuk menjaga serta melestarikan ekosistem sungai. (*Aisyah)
0 comments:
Post a Comment