Monday, July 7, 2014

Festival Bambu Nusantara Akan Jadi Ikon Pringsewu




Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar menyatakan Festival Bambu Nusantara akan menjadi ikon Kabupaten Pringsewu Lampung dan akan digelar secara rutin setiap tahun di kabupaten tersebut.
Setiap tahun akan dilaksanakan di Pringsewu, Lampung. Asalkan Pak Bupati sebagai kepala daerah siap untuk menyelenggarakan kegiatan berskala nasional bahkan hingga dunia," kata dia saat membuka "Bambu Nusantara World Music Festival" ke-8 di Pringsewu, Kamis (165) malam.
Menurut dia, kegiatan ini diselenggarakan sebagai salah satu upaya pemerintah untuk memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia khususnya keunikan musikbudaya yang berasal dari komoditas bambu.
Di sini Pemerintah Kabupaten Pringsewu harus bisa  memperkenalkan berbagai keunikan serta hasil kerajinan yang dikembangkan menggunakan bambu selain alat musik," ujarnya.Terkait penampilan seniman mancanegara seperti gelaran Festival Bambu Nusantara pertama hingga ketujuh, Sapta Nirwandar mengatakan untuk saat ini mungkin mereka (seniman mancanegara) belum yakin akan pelaksanaannya di daerah.
Saya yakin ke depan, pesertanya tidak hanya dari seluruh Indonesia saja, melainkan mereka yang berwarganegara Tiongkok, Amerika Serikat, serta lainnya seperti yang sudah-sudah," kata dia pula.
Ia melanjutkan, Pringsewu yang sudah memiliki ciri khas bambu, tentu akan didukung pemerintah pusat apabila pemerintah kabupaten setempat siap untuk melaksanakan di tahun berikutnya.
Sementara itu, Bupati Pringsewu Sujadi Saddat mengatakan siap untuk terus melaksanakan kegiatan Festival Bambu Nusantara hari ini dan selanjutnya."Ke depan festival ke sembilan dan selanjutnya akan dilaksanakan di Kabupaten Pringsewu yang kemudian menjadi ikon kabupaten ini," kata dia.
Selain sebagai ajang berkumpulnya seniman secara nasional dan mancanegara, festival itu juga menyuguhkan berbagai kuliner serta alat musik dari komoditas bambu.
Seribu meriam bambu juga disiapkan untuk memeriahkan pembukaan Festival Bambu Nusantara ke 8 di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung."Kami juga berencana untuk membangun perkampungan, hutan raya, sentra kuliner serta Museum bambu sehingga dapat menjadi salah satu tujuan wisata yang bernuansakan bambu," kata dia.
Sebelumnya, Festival bambu Nusantara di Kabupaten Pringsewu akan dimeriahkan oleh 815 seniman yang menggunakan komoditas bambu sebagai alat musiknya."Mereka (seniman) seperti Ita Purnamasari, runner up pemenang Indonesia Mencari Bakat Putri Ayu akan hadir dan tampil dengan iringan musik yang berasal dari berbagai jenis bambu," kata Dwiki Dharmawan salah satu penggagas Bambu Nusantara World Music Festival saat konferensi pers di kantor Bupati Pringsewu, Rabu malam.
Menurut dia, kegiatan ini diselenggarakan sudah memasuki tahun ke delapan dengan tujuan untuk meningkatkan potensi budaya khususnya sebagai upaya menjaga kelestarian budaya Indonesia.
Selain menunjang ketahanan budaya, ia melanjutkan, kegiatan itu dilaksanakan guna meningkatkan potensi ekonomi kreatif.

OPINI



Kuota PMB Meningkat,
Pentingkan Kualitas atau Kuantitas ?

Proses pembelajaran, sebenarnya bisa terjadi dalam banyak situasi dan lokasi (tempat). Pembelajaran di dunia persekolahan, khususnya vokasi seperti Polinela (Politeknik Negeri Lampung) ini, merupakan salah satu dari banyak tempat belajar yang paling dikenal publik.
Di lembaga itulah proses berbagi pengetahuan dilakukan secara terencana dan terprogram, tentunya dalam bentuk kurikulum yang sudah diatur oleh aparat birokrasi pendidikan (Negara).
Dan untuk mengukur hasil dari proses pembelajaran, dilakukanlah berbagai bentuk evaluasi, mulai dari yang namanya quis (ujian) dadakan, UTS, UAP sampai Ujian Akhir Semester (UAS). Semua itu dilakukan untuk memperoleh level atau tingkatan tertentu.
                Dunia pendidikan formal, seperti Polinela, pada hakikatnya memiliki tujuan besar, yaitu menjadikan lulusan yang berani menjadi diri sendiri, autentik, dan unik tak tertandingi. Juga berperan dalam menfasilitasi, yaitu mendampingi kaum mudanya (mahasiswa) agar mampu tumbuh dan berkembang sesuai bakat, potensi, dan telentanya.
                Mungkin, karena hal itulah dunia kampus berkewajiban mempersiapkan kaum mudanya agar mampu menjadi generasi pengganti, yang progresif dalam menjalankan estafet kepemimpinan dalam setiap lini kehidupan.
                Namun, perbandingan yang tidak sesuai antara kapasitas PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) dengan jumlah peminat yang mendaftar, menjadi satu dilema tersendiri, khusunya bagi lembaga persekolahan, seperti Polinela misalnya. Banyak diantara kita, yang beranggapan bahwa, peningkatan kuota PMB akan meningkatkan input dana bagi pemenuhan fasilitas, yang nantinya akan menunjang proses pembelajaran.
                Namun, disisi lain. Tidakkah kita pertimbangkan terlebih dahulu, kesiapan kita dalam menyambut peningkatan kuota PMB ini, bagaimana fasilitas yang sekarang kita miliki, apakah sudah memenuhi standar yang seharusnya, dan apakah kita sudah mantap untuk melayani hak-hak kaum muda baru (Mahasiswa) nantinya. Hak mereka akan tenaga pengajar (dosen, teknisi, dll), hak akan ruang kelas yang nyaman dan kondusif, serta laboratorium, dan alat bahan praktikum yang memadai terkait dengan studi mereka.
                Ketika memang kondisinya sudah siap untuk menambah kuota, maka tidak ada satu alasanpun untuk tidak melakukannya, bila perlu harus disegerakan, agar tujuan menjadi kampus ideal cepat tercapai. Namun, perlu dilakukan simulasi terlebih dahulu. Agar dapat diketahui, kelebihan dan kekurangannya, sehingga kita dapat mengantisipasi  terhadap dampak yang akan bermunculan nantinya.
                Jika melihat kondisi rill dilapangan, masih banyak yang harus dibenahi. Dapat dilihat dengan masih adanya program studi yang mendapatkan kurikulum yang kurang sesuai, yang seharusnya semester awal mendapatkan mata kuliah dasar terlebih dahulu, namun sudah dicoba untuk mengikuti beberapa mata kuliah penjurusan, serta kurang dan rusaknya beberapa alat – alat praktikum, menjadi kendala tersendiri bagi mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan. Padatnya jam perkuliahan, yang tidak disesuaikan dengan jumlah tenaga pengajar, juga menjadi kendala tersendiri, jika di pagi hari, mungkin tenaga pengajar bisa optimal mengajar di suatu kelas, namun ketika hari sudah siang sampai menjelang sore tenaga pengajar sudah tidak maksimal lagi dalam menyampaikan materi di kelas lain. Begitupun dengan mahasiwa, daya serap dan konsentrasinya tidak selalu optimal disetiap saat.
                Kekurangan yang ada, bukan berarti menjadikan impian untuk menjadi kampus idel itu menjadi putus ditengah jalan, banyak tahap yang harus dilakukan, termasuk berbenah diri.
                Mungkin. Beberapa diantaranya ;
1)       Sebelum proses PMB berlangsung, mulailah merekrut tanaga pengajar baru yang memiliki kompetensi untuk mendidik insan - insan Vokasi.
2)       Membangun dan memperbaharui semua fasilitas yang akan menunjang proses pembelajaran, yaitu laboratorium, ruang kelas, dll
3)       Prioritaskanlah kualitas, dari pada kuantitas. Karena lebih baik memiliki jumlah kaum muda (mahasiswa) yang sedikit, namun berkualitas tinggi, daripada memiliki jumlah kaum muda (mahasiswa) yang banyak, namun tak berkualitas.
Allahu’alam bisawaf.
(Oleh : Aulia Rahmawati, PMIP-Sms 2)


















LIMBAH JERAMI SEBAGAI MEDIA BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH


                                                      
Ketika musim panen padi tiba, muncul limbah berupa jerami. Batang padi yang mengering ini biasanya hanya ditumpuk di pinggir sawah setelah dipisahkan dengan biji padinya. Menurut data BPS tahun 2006, jerami padi memang merupakan limbah pertanian terbesar di Indonesia. Kadang, para petani memusnahkan jerami ini dengan cara dibakar. Ini tentu saja dapat menimbulkan polusi udara. Sebenarnya, kita bisa memanfaatkan limbah jerami ini menjadi produk yang bermanfaat.
Umumnya, substrat yang digunakan dalam budi daya jamur tiram adalah serbuk kayu. Jika serbuk kayu sulit diperoleh, kita bisa memanfaatkan limbah jerami ini sebagai media budi daya jamur tersebut.
Tahapan Pembuatan Limbah Jerami untuk media Budi Daya Jamur:
  1. Jerami dicacah 2-3 sentimeter, lalu dimasukkan ke karung dan direndam dalam air.
  2. Selanjutnya, karung ditiriskan dan dimasukkan ke dalam kantong plastik PP tahan panas berukuran 20 x 30 sentimeter sampai cukup padat sehingga beratnya sekitar 1 kilogram.
  3. Kantong plastik berisi substrat tanam ditegakkan dengan bagian kantong plastik yang terbuka menghadap ke atas.
  4. Lalu, bag log dibiarkan selama 24 jam dalam keadaan mulut terbuka.
  5. Setelah itu, kantong plastik dipasangi cincin yang terbuat dari pipa paralon berdiameter 2,5 sentimeter dan ditutup dengan potongan kapas serta diikat dengan karet gelang sehingga menjadi bag log.
  6. Bag log disterilisasi di dalam drum pengukus selama 8 jam, lalu didinginkan selama 24 jam.
  7. Bag log diinokulasi secara aseptis dengan memasukkan bibit jamur sebanyak tiga sendok lalu ditutup dengan kapas dan plastik kecil yang sudah diberi ring.
  8. Bag log yang sudah diinokulasi selanjutnya diinkubasi selama 20-50 hari dengan suhu 22-28 derajat Celsius.
  9. Jika seluruh permukaan bag log sudah rata ditumbuhi miselium, dilakukan pemeliharaan di rumah jamur.
  10. Panen badan buah jamur dilakukan 3-4 hari setelah munculnya tunas. Hasil berat panen per bag log sebanyak 81-90 gram.