Tuesday, November 24, 2015

Rindu Senandung Adzan Pangeran Muazin

Oleh: Denok Cinde Melati

Udara siang ini begitu terik, matahari memancarkan cahayanya dengan begitu sempurna. Tak ada awan dilangit, hingga birunya langit yang luas menghampar dengan cerah seperti lautan yang mengambang.  Panas siang ini begitu luar biasa, teriknya terasa sampai ke ubun-ubun walaupun jilbab pasmina berwarna pink berdegradasi ungu ini sudah menutupi kepalaku.
Hari yang kulalui akhir-akhir ini terasa begitu membosankan, tak ada kegiatan selama liburan semester ini yang dapat kulakukan. Hanya gentayangan dirumah saja setiap harinya seperti casper yang tak memiliki teman. Ya jelas saja hidup ini amat sepi dan membuat bosan, teman kampusku yang kebanyakan adalah anak kos mereka semua pulang ke kampung halamannya. Lalu apa yang akan kulakukan jika tak ada satu orang pun yang dapat kuajak untuk menghabiskan waktu menghilangkan kebosanan ini.
Hari ini kufikir lebih baik mencari suasana baru untuk menghibur diri, dari pada aku terus-terusan gentayangan seperti hantu dirumah. Kampus mungkin tempat yang tepat untuk hari ini, lagi pula aku rindu memandang hijaunya pepohonan disana, aku rindu udara sejuk disetiap sudut lingkupnya, aku rindu teman-temanku, aku rindu keluarga sukmaku, dan aku rindu seseorang yang hanya kukenal lewat suaranya itu.
“Akhirnya sampai juga”. Begitu memarkirkan motor didepan tempat yang biasa kami sebut kotak pensil ini, yaitu kesekretariatan SUKMA, aku melihat kesekelilingku, kampus ini begitu sepi, suasananya seperti tak terlihat ada tanda-tanda kehidupan. Hanya beberapa orang yang terlihat berlalu lalang, mungkin mahasiswa baru atau mungkin mahasiswa yang sedang sibuk dengan kegiatan organisasinya. Namun rasanya masih nyaman, masih menyejukkan, saat sepi kampus ini malah terlihat begitu indah. Pepohonannya begitu teduh dan sawah yang menghampar hijaunya begitu indah dilihat karena terpantul oleh cahaya matahari hingga hijaunya menjadi lebih cerah.
Sudah lewat tengah hari dan udara masih panas, kulihat jam diponselku ternyata sudah pukul 12.30, bukankah seharusnya diwaktu ini sudah memasuki jamnya solat dzuhur. Tapi mengapa tak ada adzan yang berkumandang dikampus ini. Biasanya sang muazin selalu tepat waktu mengumandangkan adzan. Terheran-heran aku berjalan menuju masjid kampus yang tak jauh dari tempatku duduk.
Sepi sekali, tak ada satu pun orang didalamnya. Aku lalu mengambil air wudhu dan solat sesegera mungkin, sehabis solat dan memanjatkan doa aku kembali ketempat yang tadi kusinggahi. Termenung dan menikmati kesendirian, aku memikirkan sesuatu. Ah ya aku lupa ini sedang libur semester. Jelas saja orang yang kurindukan suaranya itu tak mengumandangkan adzan hari ini. Mungkin dia sedang pulang juga ke kampung halamannya seperti temanku yang lain.
Ohh ya.. aku belum bercerita siapa dia yang kurindukan itu. Sebenarnya sudah sekitar setengah tahun lalu aku mengaguminya. Berawal dari kecemasanku hari itu, waktu itu aku sedang merasa terluka, hancur, dan rapuh. Apakah kalian ingat tentang kisah Pangeran GARDA-ku itu. Ya benar sekali, kala itu sore itu saat langit gelap dan hujan turun dengan deras, aku sedang patah hati karena Pangeranku itu kulihat bersama kekasihnya. Lalu aku termenung, duduk dibawah pohon yang kini kusinggahi, waktu itu aku membiarkan hujan membasahi seluruh tubuhku hingga merata. Sampai wajahku pucat, jari-jariku keriput, serta rambutku basah dan tak tergerai indah lagi.
Sore itu langit seakan murka, air yang diturunkannya dengan rata dan dalam debit yang kencang. Aku ingat sekali bahkan halilintar waktu itu menggelegar dengan kencang, dan derasnya hujan membuat kebisingan yang luar biasa. Namun tiba-tiba aku mendengar suara dari masjid itu, suaranya lirih namun merdu, hatiku yang gundah seketika nyaman mendengarnya, menenangkan dan amat meneduhkan. Suara itu, Suara adzan itu. Entah kala itu aku tak tau siapa yang mengumandangkannya, bahkan sampai sekarang pun aku masih tidak mengetahuinya.
Adzan yang berkumandang itu membuatku tanpa sadar mendekati sumber suaranya. Ya tapi tetap saja aku tak dapat melihat pemilik suara itu. Saat itu bahkan aku merasa tak pantas untuk memasuki masjid itu. Iya jelas saja, kondisiku kala itu amat tidak memungkinkan. Seluruh tubuhku basah kuyup, dan aku masih terlihat menyedihkan karena perasaanku. Jadi aku hanya menunggu diluar, sampai pemilik suara itu selesai solat ashar dan keluar dari masjid. Namun penantianku sia-sia, aku lupa bahwa diluar hujan deras. Tak mungkin ia akan keluar dicuaca seperti ini, lagi pula mana ada orang gila sepertiku yang rela berdiri ditengah hujan hanya karena merasa patah hati. Maka aku menyerah, dan dengan langkah gontai aku berjalan pulang dibawah langit yang masih menangis, lagi pula hatiku juga sudah mulai membaik karena mendengar suara adzan tadi.
Keesokan harinya dan hari-hari selanjutnya sampai saat ini aku selalu mendengarkan dengan khusuk senandung adzan yang dikumandangkannya. Suara adzan yang dikumandangkannya seolah mengetuk hatiku, dan menyadarkan kebodohanku. Seiring waktu berjalan aku mulai memperbaiki diriku, belajar menjaga tutur kataku, dan mulai menutupi auratku. Hingga kini insyaallah aku berniat dalam hati karena Allah, bahwa akan kututupi setiap helai rambutku dengan jilbab ini.
           Aku berterimakasih padanya, pada pemilik suara indah itu, karena adzan yang dikumandangkannya aku menjadi lebih baik. Berkali-kali aku ingin tau siapa dia, namun setiap ada kesempatan selalu saja ada hal yang menghalanginya. Mungkin aku memang tak diperbolehkan mengenalnya lebih dari aku mengenal suaranya saja. Hari ini dikampus jadi terasa berbeda, karena rasanya aneh berada disini tanpa mendengar suara adzan yang dikumandangkannya.
Sejak beberapa bulan terakhir dari pertama kali aku mendengar suara adzan yang dikumandangkannya itu. Ada rasa aneh yang berjalan-jalan dihatiku, aku sepertinya tau apa yang kurasakan ini, namun aku tak berani menyimpulkannya terlalu cepat. Rasa yang menjalar ini hampir mirip dengan yang kualami pada kasihku yang tak sampai yaitu sang Pangeran GARDA, tapi ada yang berbeda, rasa ini tak begitu menggebu-gebu, rasa ini takut jika akan berlarut, rasa ini tak berani punya keinginan untuk memiliki, dan rasa ini merasa tak pantas dan tak tau diri.
Aku merasa bingung mengapa hal ini dapat terjadi, aku bahkan tak tau siapa orang yang telah membuat rasa ini ada, rasa ini muncul hanya karena sebuah suara, aku bahkan sama sekali tak mengenalnya dan tak tau apa-apa mengenai dirinya seperti dulu saat aku tergila-gila pada Pangeran GARDA. Lagi pula aku ini siapa?? Aku merasa tak pantas memiliki perasaan ini. Dari suaranya saja aku tau, lelaki itu pasti pria yang baik dan soleh, sepertinya ia taat pada ibadahnya, bayangkan saja ia begitu mencintai agamanya dengan menganggap masjid itu sebagai rumahnya dengan setiap waktu mengumandangkan adzan tepat pada saatnya. Ia selalu mengingatkan para muslim akan kewajiban tanpa bosan.
Bagaimana mungkin aku dengan tak tau diri berani menyukai tanpa mengenalnya. Aku siapa, bena-benar tak pantas untuk rasa ini. Jelas saja tak mungkin bisa kuraih, aku hanya wanita yang baru beberapa waktu lalu sadar akan kewajiban-kewajiban yang harus kupenuhi. Aku wanita yang tadinya banyak berbuat dosa dengan sering kali mengabaikan dan meninggalkan kewajibanku sebagai wanita muslim. Aku bahkan pernah kehilangan jati diri hanya karena perasaan dihati. Aku begitu terlihat menyedihkan dan tak pantas.
Namun apa dayaku kini, rasa ini terus tumbuh dengan sejadi-jadinya, apalagi setiap kumandang adzannya terdengar, aku terenyuh semakin dalam. Ia berhasil membuatku cinta dan teramat cinta pada penciptaku. Tapi aku takut, aku takut perasaan ini akan membuatku lewat dari batasanku, hingga setiap kali rasa aneh yang dibuatnya bermunculan, aku harus cepat-cepat membendungnya.
Aku tak berani berbuat banyak dan aku tak bisa melakukan apa-apa dengan perasaanku. Aku hanya berharap padamu Tuhan, berikan jawaban untuk perasaan anehku ini, berikan titik terang dan petunjuk untukku mengendalikan hati ini. Dan aku berharap Tuhan, berikan yang terbaik untuk hambamu yang hatinya tersesat ini

Inovasi Baru Bagi Wisudawan Tahun 2015

Reporter: Reni Aprillia

Sukma_Polinela; Hari bersejarah mahasiswa Politeknik Negeri Lampung (Polinela) angkatan 2012 jatuh pada hari Selasa 29 September 2015. Dihari itu, kampus kita tercinta Politeknik Negeri Lampung dipadati berbagai macam kalangan baik itu mahasiswa Polinela maupun masyarakat luar. Polinela siap luncurkan 465 mahasiswa yang siap tempur didunia kerja, hal itu terlihat jelas dari senyum sumringah calon-calon wisudawan. Wajah-wajah bahagia tergambar dari setiap mahasiswa yang akhirnya dapat menikmati hasil dari perjuangan menempuh pendidikan selama 3-4 tahun dikampus tercinta.
Ada yang unik dan berbeda untuk pelaksanaan wisuda tahun ini dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini Polinela adakan inovasi baru dengan pelaksanaan wisuda 2 sesi. Sesi pertama dipagi hari untuk jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Budidaya Tanaman Perkebunan, dan Teknologi Pertanian, sedangkan untuk sesi kedua disiang hari jurusan Ekonomi dan Bisnis, Peternakan, ditambah PDD Rejang Lebong.
Munculnya inovasi 2 sesi untuk pelaksanaan wisuda tahun ini dikarenakan minimnya kapasitas Gedung Serba Guna (GSG) Polinela. Hal ini tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang akan diwisuda tahun ini. Sebelumnya Polinela pernah mencoba inovasi-inovasi lain seperti pelaksanaan wisuda yang dilakukan di kampus Universitas Lampung dan pelaksanaan wisuda diluar ruangan kampus Polinela seperti tahun lalu. Namun, hal itu dinilai kurang efektif, pelaksanaan wisuda diluar ruangan tahun lalu contohnya, dirasa tidak khidmat, tidak nyaman, dan suasana wisuda kurang dirasakan. Selain itu, ada beberapa orangtua mahasiswa yang komplain akibat pelaksanaan wisuda tahun lalu. Oleh sebab itu, untuk mencari jalan terbaik maka pelaksanaan wisuda tahun ini dilakukan dalam 2 sesi.
Dari segi persiapan tentunya panitia harus bekerja 2 kali, seperti persiapan untuk sesi kedua setelah sesi pertama selesai. Hal itu sangat menguras tenaga para panitia, namun demi kelancaran acara dan kenyamanan wisudawan persiapan ini harus dilakukan secara matang, seperti yang telah diungkapkan ketua panitia pelaksanaan wisuda tahun ini Drs. I Wayan Suwindra, M.M. “Harus dipersiapkan dengan benar-benar, seolah-olah dipersiapkan dalam sehari tetapi pelaksanaannya dalam 2 sesi. Ini untuk memberikan kenyamanan dan menyenangkan wisudawan serta para orangtua.”
Dari segi keamanan, Polinela kerahkan semua personil keamanan sebanyak 37 orang untuk mengatur kelancaran acara. Namun ada sedikit kendala, seperti kemacetan yang terjadi di pelataran depan Gedung Serba Guna Polinela, “diperkirakan jam 12 siang wisuda pagi sudah keluar, namun ternyata jam 12 baru keluar dan yang wisuda siang sudah datang sehingga terjadi macet. Benturan sudah diperkirakan tetapi dari rekan kita alhamdulilah koordinasinya lumayan bagus jadi bisa teratasi,” ujar Muhammad Fauzi salah satu personil keamanan Polinela.
Tahun ini tidak 100% mahasiswa Polinela diwisuda secara bersamaan. Ada beberapa dari mereka yang harus menunggu wisuda tahun depan. Seperti program studi PMIP, TSL, Perikanan, dan Manajemen Informatika yang paling banyak untuk tahun ini. Tidak diwisudanya beberapa mahasiswa tahun ini dikarenakan belum menyelesaikan ujian sampai batas yudisium tanggal 18 Agustus 2015. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti faktor dari mahasiswa dan faktor dari dosen. “Mereka harus bisa berkompromi satu sama lain. Adanya batas tanggal untuk membantu mahasiswa mengatur diri. Dosen juga terkadang ada kegiatan keluarga jadi semua pihak mempunyai peranan, namun mahasiswa tidak harus bertemu untuk berkonsultasi, lewat email, by phone itu dimanfaatkan atau tidak,” tegas Ir.Yatim Rahayu Widodo,M.Sc. selaku Wakil Direktur 1.
Disisi lain ada kebanggaan bagi Polinela dari wisuda tahun ini yaitu diraihnya mahasiswa terbaik untuk program Ahli Madya dengan IPK sempurna 4.00 dari program studi Hortikultura Mafaza ‘Ashri Ridzaningsih. Sedangkan untuk program Sarjana Terapan diraih oleh Laras Fitriyani dari program studi Produksi dan Manajemen Industri Perkebunan dengan IPK 3.84. Selain itu ada beberapa mahasiswa yang telah bekerja sebelum wisuda. Ada 26% wisudawan yang telah bekerja sekitar 115 orang dari berbagai program studi. Setiap tahunnya selalu ada mahasiswa yang telah bekerja sebelum diwisuda. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa Polinela baik terserap di pasar kerja, “itu nilai positif, nilai tambah ketika kita diakreditasi. Jadi semakin banyak wisudawan yang telah bekerja sebelum wisuda lebih baik, itu yang harus kita upayakan,” ujar Ir. Bina Unteawai, M.P selaku Senat Polinela.
Tak ada yang berbeda, sesi pertama dengan sesi kedua, sambutan Direktur ada, sambutan Wakil Direktur ada, pembacaan mahasiswa terbaik pun ada, hanya sambutan Wakil Gubernur yang tidak ada. Nampaknya hal itu tidak masalah. Baik sesi pertama maupun sesi kedua acara berjalan dengan lancar walaupun ada sedikit kejanggalan yang dirasakan wisudawan. “Wisuda tahun ini lumayan lancar, walaupun 2 kali diadakan namun menurut saya sedikit kurang meriah dan juga perayaan wisuda tahun ini tidak bersamaan satu angkatan jadi sedikit kurang rasanya” jelas Gerry Sasalo Putra mahasiswa program studi Produksi Tanaman Perkebunan. Hal lain dirasakan oleh Edo Lazuardi Persada mahasiswa program studi Akuntansi, “wisuda tahun ini berjalan lancar, cuma karena kebagian siang jadi kondisi kurang kondusif, cuaca panas dan waktu mulai acara terlalu telat.”
Banyak harapan yang telah diapung untuk pelaksanaan wisuda tahun ini, salah satunya datang dari Gerry, ia mengutarakan harapannya, “wisuda dilakukan secara bersamaan dan kalau memang bisa kedepannya gedung GSG yang ada bisa menampung seluruh wisudawan.” Harapan lain diutarakan bapak Yatim “harapannya lancar, ketika disebutkan siapa yang sudah bekerja disuruh berdiri ya berdiri. Untuk pelaksanaannya tetap 2 sesi hanya waktunya yang berbeda, beda hari, minggu atau bulan akan dievaluasi secara menyeluruh. Dari evaluasi ini kita bisa melangkah lebih bagus” pungkasnya.

Hajat Islamic Polinela



Reporter : Sendi Putra Soba
                Selvy Crisno W

                  Nazifatu W

Sukma_Polinela; PILAR (Polinela Islamic Fair) 2015 adalah salah satu acara incidental UKM Al-Banna Politeknik Negeri Lampung (Polinela) yang rutin diadakan setiap tahunnya. Pada tahun-tahun sebelumnya, acara ini bernama ALIF (Al-Banna Islamic Fair), yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2010, kemudian dilanjutkan Alif berikutnya sampai dengan Alif 5 pada tahun 2014 lalu. Sebenarnya bentuk dan konteksnya PILAR dan Alif sama tidak ada yang beda, hanya saja dibagian Pilar ini  memiliki kegiatan yang lebih banyak dan bermacam-macam diantaranya Ada Islamic Competation, Bedah Buku, Seminar Kemuslimahan dan silahturahmi Akbar untuk alumni-alumni UKM Al-banna, itulah yang membedakan Pilar dan Alif. Selain itu, yang membedakan Alif dan Pilar yaitu kalau Alif membawakan nama Al-banna sedangkan Pilar membawakan nama Polinela dalam kegiatan ini.
Jika tahun sebelumnya Alif mengambil konsep Student Competition (Perlombaan antar pelajar) se-Lampung dengan cabang Da’I MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an), AKA (Al-Banna Kids Award) kemudian bazaar Expo dan seminar keputrian. Pada tahun 2015 ini, selain merubah nama acara. UKM Al-banna melakukan inovasi pada rangkaian acaranya. PILAR 2015  mengambil tema “Youth, Expression, and Creation” yang artinya pemuda, ekspresi, dan kreasi yang diselenggarakan pada tanggal 24 Oktober hingga 7 November 2015. Acara ini mengambil 5 rangkaian acara yaitu Islamic Fair (24-25/10), Bedah Buku (31/10) yang mengisi materi ini adalah Setia Furqon Kholid, Seminar Keputrian (1/11) yang bertemakan “Beauty Inside and Inspiring Qutside”, Bazar Expo, dan sebagai penutup atau akhir acara yaitu Silahturahmi Akbar bersama keluarga besar UKM Al-banna dari angkatan pertama hingga sekarang.
Ada 11 cabang perlombaan yang diadakan dalam Pilar 2015 khususnya dalam rangkaian Islamic Competation ini diantaranya Da’I Junior, Gelana (Gelaran Nasyid Polinela), Cerpen Islami, Komik Islami, Hunting Photo, Dongeng Inspirasi Islami, PKA (Polinela Kids Award) dan MTQ yang dibagi lagi dalam beberapa cabang lomba yaitu Taltil Qur’an, Tilawatil Qur’an, Iljir Qur’an dan Tahmil Qur’an. Dari seluruh cabang yang diselenggarakan, cabang Cerpen dan Komik Islami yang merupakan cabang tingkat Nasional, Gelana merupakan cabang tingkat se-Sumbagsel. Peserta yang mengikuti acara ini ada dari pelajar TK, SD, SMP, SMA, Mahasiswa dan masyarakat umum se-Provinsi Lampung. Ada sekitar ± 500 peserta yang mengikuti perlombaan dalam Islamic Competation.
Kegiatan Pilar 2015 ini, berlangsung selama 3 minggu tepatnya setiap hari sabtu dan minggu. Pada minggu pertama diadakan acara Islamic Competation, pada minggu kedua dilakukan kegiatan Bedah Buku, dan Seminar Keputrian, lalu untuk minggu ketiga dilaksanakan acara Silahturahmi Akbar yaitu himpunan dari alumni UKM Al-Banna angkatan pertama hingga sekarang.
Tujuan dari kegiatan Pilar 2015 ini yaitu, “Bertujuan untuk memfasilitasi dari setiap pemuda untuk mengekpresikan dan mengkreasikan semua yang ada potensi dari mereka. Tentunya untuk hal yang positif salah satunya adalah MTQ atau Da’i. Dari juara satu peserta lomba Da’i akan dipromosikan ke Aksi Indosiar, ini dari juri yang merekrutnya dan peserta tersebut akan dibina lebih dalam ilmu islam,” ujar Zakfar Shidiq selaku Ketua Pelaksana Pilar 2015.
Manfaat yang didapatkan bagi semua kalangan SD hingga mahasiswa adalah, “Pertama, bagi peserta, bagaimana menumbuhkan semangat kompetisi dalam hal penanaman-penanaman nilai islam. Kedua, menghidupkan kembali syiar keislaman untuk semua kalangan, baik untuk tingkat SD maupun tingkat mahasiswa. Ketiga, menumbuhkan daya kreatifitas bagi semua kalangan didalam mengaplikasikan kreatifitas itu dalam bentuk nilai-nilai islam. Dan bagi kita khususnya kampus atau mahasiswa, adalah untuk memberikan sebuah bentuk kontribusi didalam mensyiarkan serta memperkenalkan kampus tercinta yaitu kampus Polinela kepada seluruh pihak, bahwasannya kampus Polinela ini ikut berkontribusi didalam penanaman-penanaman nilai-nilai islam khusunya bagi bangsa dan Lampung,” ungkap Tekat Karyono selaku Ketua Umum UKM Al-Banna saat ditemui diruangannya.
Setiap sesuatu yang dilakukan pasti memiliki kendala masing-masing, tidak hanya dari orang pribadi, namun kegiatan atau acarapun memiliki kendala dalam melaksanakannya. Kegiatan Pilar 2015 tersebut memiliki kendala dalam menjalankannya, Tekat Karyono menjelaskan bahwa, “Terkait kendala, kendalanya dikatakan banyak, tidak. Hanya saja kendala-kendala teknis yang sifatnya klasik seperti kepanitian dan perlengkapan, karena kegiatannya besar maka dibutuhkan amunisi yang banyak.” Lalu Zakfar Shidiq menambahkan kendala yang dialami, “Setiap kegiatan pasti ada kendala, dalam hal tenaga panitia yang harus. Karena, sebelum acara Pilar diselenggarakan kami telah melakukan kegiatan AL-banna Camp dan setiap kegiatan Pilar ini memiliki waktu hanya 1 minggu setiap kegiatan, jadi butuh tenaga yang lebih untuk melaksanakannya.” Namun, tidak hanya masalah kepanitian dan tenaga yang lebih saja, yang menjadi kendala dalam kegiatan ini adalah redupnya lampu atau mati lampu merupakan kendala besar dalam acara yang diselenggarakan dalam kegiatan pilar lebih tepatnya pada saat acara Islamic Competation (25/10) yang dilaksanakan kemarin.
Dari yang telah dilaksanakannya beberapa acara Pilar, tekat berpendapat bahwa, “Pertama kita bersyukur, karena acara tersebut bisa berjalan dengan baik dan sesuai yang kita harapkan. Untuk kegiatan ini bukan semata-mata mengatasnamakan UKM Al-banna tapi UKM Al-banna juga ingin berkontribusi dalam mengharumkan Polinela ini.”  Harapan kedepannya untuk Pilar tahun depan yaitu, ”Harapan Pilar untuk kedepan yaitu tujuan yang paling utama itu melihat potensi dari anggota untuk dijadikan pengurus tahun depan dalam mengurus organisasi untuk acara-acara besar sebagaimana sigap mereka untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di Pilar itu. Sehingga tahun depan, kita dapat memilih pengurus-pengurus penerusnya. Karena Event kita ini dalam dunia dakwah, kita kembangkan sumber daya yang ada dimasing-masing sekolah, kami fasilitasi mereka agar mereka bisa berkembang. Harapannya Pilar ini menjadi Icon Polinela bukan Al-banna lagi tapi pengurusnya Al-banna namun hajat besarnya Polinela,” jelas Zakfar.
Dari kegiatan yang telah diselenggarakan, bisa dibilang sukses karena dari kesiapan panitia dalam menjalankan acara tersebut. “Kegiatan ini alhamdulilah berjalan sukses, harapan kedepannya akan lebih baik lagi. Hal-hal yang perlu ditingkatkan, ditingkatkan lagi,” tuntas Tekat Karyono. (*Dini)

Lampung Kirim Criket untuk Pra PON Bandung

Reporter : Noprendi Wira

Sukma_Polinela; Pra-PON adalah ajang kualifikasi PON (Pesta Olahraga Nasional). Salah satu ajang yang mewakili lampung adalah Criket. Criket adalah olahraga yang sangat populer di india, di Indonesia sendiri belum banyak masyarakat yang tahu tentang criket itu sendiri.
Pra pon yang kali ini digelar di jawa barat 18-28 oktober 2015 adalah tantangan untuk tim criket lampung untuk lolos di PON Jawa Barat 2016 mendatang. Untuk criket lampung sangat difavoritkan untuk lolos di PON Jawa Barat 2016, disampaikan oleh Muhammad Apriono selaku Kadib criket Polinela bahwa “tim lampung mempunyai potensi dan materi pemain yang baik untuk lolos dalam ajang PON di Jawa Barat tahun depan.”
“Kita patut bangga sebagai mahasiswa Politeknik Negeri Lampung (Polinela) bahwa kampus kita ditunjuk langsung oleh PCI (Persatuan Criket Indonesia) sebagai tempat pengembangan dan sarana latihan criket di provinsi Lampung” tambah Apriono. Disampaikan juga oleh Apriono bahwa sistem permainan criket sendiri memakai sistem poin tertinggi dari 8 tim langsung lolos PON 2016 dan harapnys bahwa tim kriket putra dan putri lampung bisa lolos PON dan mendapatkan medali dalam ajang ini.

Cabang olahraga criket juga memerlukan dana yg tidak murah, satu set peralatan kriket mecapai dana tidak kurang 10 juta, “kami sebagai atlet sangat bangga bisa mewakili lampung tapi kami juga kecewa karena support dari pemerintah sendiri khususnya dana untuk peralatan kurang sama sekali, kami tidak sanggup untuk membeli peralatan yg sangat mahal dan kami merasa sudah kalah dalam segi finnancial dibandingkan tim-tim lainnya yang ikut cabang criket. kalau untuk pemantapan sih kami oke dalam seminggu, kami 4 kali latihan di lapangan Wiyatama dan Polinela dan kami siap berjuang untuk lolos dan meraih mendali amiin.” tutup ega yogaswara sebagai atlit tim criket lampung. (Triasdi)

BEM Polinela Ciptakan Pemimpin yang Berkarakter

Reporter : Ponijah

Sukma_Polinela; Dalam mewujudkan pemimpin yang berkarakter telah dilaksanakan kegiatan LKMMTD. LKMMTD adalah Latihan Kepemimpinan Menejemen Mahasiswa Tingkat Dasar. Acara ini merupakan program kerja dari kementerian social politik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Negeri Lampung (Polinela). Acara ini adalah latihan mengenai dasar-dasar menjadi seorang pemimpin.
LKMMTD dilaksanakan selama 3 hari mulai dari tanggal 25-27 September 2015 di Politeknik Negeri Lampung tepatnya di gedung QB 1 Polinela. Acara ini dimulai dari Jumat malam tanggal 25 September 2015 dengan diisi acara ramah tamah antara peserta LKMMTD. Acara ini diikuti oleh perguruan tinggi se-Sumbagsel. Ada 6 Instansi yang mengikuti acara ini dengan jumlah peserta sebanyak 58 orang.
LKMMTD yang diadakan oleh BEM POLINELA diisi dengan berbagai kegiatan yang melatih tentang dasar-dasar bagaimana menjadi soerang pemimpim. Dimana kegiatan-kegiatan tersebut antara lain adalah stadium general, teknik lobi, stimulasi sidang, seminar pencerdasan dan Talk Show. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk membentuk mahasiswa-mahasiswa menjadi seorang pemimpin yang berkarakter seperti yang dikatakan oleh Erwan Dwi Prastiko selaku ketua pelaksana, “Acara ini merupakan pelatihan dasar mengenai menjadi seorang pemimpin yang diharapkan dapat membentuk mahasiwa menjadi pemimpin yang berkarakter.“

LKMMTD yang diadakan oleh BEM Polinela berjalan lancar “acara ini berjalan lancar hanya saja ada beberapa kendala, namun hal tersebut sudah dapat teratasi”, tambah Erwan. Respon peserta yang mengikuti acara ini sangat baik  “acara ini sangat bagus dan diharapkan kedepannya lebih baik dan tetap berjalan lalu ada beberapa hal yang harus diperbaiiki dalam persiapan stimulasi sidang”, tegas iko kurnia selaku peserta. Diharapkan dari diadakannya LKMMTD, dapat membangun jiwa kepemimpinan bagi peserta mahasiswa yang mengikutinya. (Triasdi)

Monday, November 23, 2015

Pansus, Sistem Baru Pemira

Reporter : Erzi Riska Putra

Sukma Polinela; Panitia khusus atau yang sering disingkat  Pansus merupakan badan independen untuk melaksanakan Pemilihan Umum Raya (Pemira). Panitia khusus pada tahun ini memiliki perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya,  jika pada tahun sebelumnya panitia hanya berasal dari Badan Pelaksana Pemira (BP Pemira), yang anggotanya terdiri dari anggota Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM). Namun, untuk saat ini seluruh mahasiswa mempunyai kesempatan untuk menjadi Panitia Khusus, tidak dibatasi oleh Jurusan dan Program Studi yang ada.
Syarat-syarat menjadi anggota pansus diantaranya menyerahkan foto 3x4 sebanyak 2 lembar, foto copy KTM atau KTP, surat keterangan baik, baik surat dari jurusan atau dalam bentuk KHS, serta tanda tangan di atas materai 6000. ”Sesuai dengan UU Pemira tahun 2015 revisi hasil sidang paripurna setengah periode, dikatakan anggota pansus minimanl 50 dan maksimal 60 orang, apabila kuota yang sudah ditentukan tidak tercapai maka selanjutnya akan dikembalikan kepada MPM untuk mengatur jalannya Pemira tersebut,” ujar Sigit Pramono selaku Ketua Umum MPM.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini Pemilihan Umum Raya tidak hanya ditujukan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa saja, namun juga diterapkan dalam pemilihan Gubernur, Wakil Gubernur, dan Legislatif anggota MPM. ”Harapannya dalam perubahan ini kita dapat menyelenggarakan kedaulatan pemerintahan KBM Polinela yang demokratis, yang pelaksanaannya secara nyata sehingga masing-masing mahasiswa itu memiliki hak suara, dan tidak ada penindasan ataupun penekanan dari pihak manapun sehingga akan terlaksana pemilihan yang umum, secara langsung, rahasia, bebas, jujur, dan adil,  jadi ini merupakan sarana perwujudan kedaulatan mahasiswa guna menghasilkan pemerintahan mahasiswa yang demokratis berdasarkan Pancasila, UUD RI, Tri Dharma Perguruan Tinggi, AD-ART KBM Polinela,” tambah Sigit.
Panitia khusus ini  dibentuk oleh tim khusus atau tim verifikasi pansus,  bukan dari MPM, HMJ, BEM, akan tetapi orang yang sudah ditunjuk dalam UU Pemira yaitu Pimpinan MPM, Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa, Menteri Dalam Negeri, dan Gubernur HMJ. Tim verifikasi ini yang nantinya akan  memverifikasi berkas-berkas anggota pansus yang mendaftar, setelah selesai verifikasi, tim verifikasi akan mengeluarkan berita acara, berita acara tersebut nanti akan disampaikan kepada seluruh mahasiswa, setelah itu akan diberikan kepada  MPM, dan selanjutnya akan dilakukan proses pelantikan menjadi anggota pansus. Berbeda  dari periode sebelumnya, dengan ada nya perubahan ini masih terdapat kesulitan karna banyak mahasiswa yang belum banyak mengetahui. “Masih banyak sistem-sistem yang memang belum diketahui oleh khalayak ramai, baik dari instansi- instansi yang terkait seperti, HMJ, BEM, Ormawa yang ada di Politeknik Negeri Lampung (Polinela) ataupun orang-orang yang akan merasakan hal-hal ini secara langsung, untuk sosialisasi sudah dicoba, baik pembukaan stand, maupun penyampaian pada saat apel hari senin dan jum’at,” tuntas Sigit. (*Triasdi)

Lulusan Terbaik dari Hortikultura


Reporter : Andreas Tata Jahtra

Sukma_Polinela; Wisuda tahun 2015 Politeknik Negeri Lampung (Polinela) meluluskan mahasiswi yang bernama Mafaza ‘Ashri Ridzaningsih dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna (4.00), dengan masa belajar 3 tahun. Prestasinya ini bukan yang pertama kali yang diraih oleh lulusan mahasiswa/i di Politeknik Negeri Lampung, namun apa yang telah dicapainya membuat banyak orang berdecak kagum dan bisa menjadi motivasi positif bagi orang lain. Dengan IPK 4.00 dengan kata lain disetiap semesternya mendapat IP 4.00 sehingga mahasiswi yang akrab dipanggil Mafaza ini menjadi mahasiswa berprestasi (Mawapres) tahun wisuda 2015. Mafaza berkata “ketika ada tugas usahakan untuk benar-benar dikerjakan semaksimal mungkin dan prestasi ditunjang oleh sikap, selain oleh nilai sikap juga mempengaruhi.”
Mafaza ‘Ashri Ridzaningsih, merupakan wajah baru sebagai lulusan dengan IPK 4.00 pada wisuda Polinela tahun akademik 2015/2016. Mafaza merupakan lulusan peraih IPK tertinggi pada wisuda tersebut. Dia merupakan lulusan dari program study D3 Hortikultura, Politeknik Negeri Lampung ternyata bukan seorang “kutu buku” tetapi ternyata aktif dalam organisasi. Ia juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampusnya yaitu UKM Al-Banna.
Mafaza mengaku memang cukup disiplin dalam belajar dan membagi waktu karena padatnya jam kuliah. ”Kalau tips si cuman satu sebenarnya yaitu fokus, setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda-beda, kalau saya terkadang pakai sistem SKS (Sistem Kebut Semalam) juga, tapi paling sering fokus, kalau lagi kuliah ya fokus kuliah jangan mikiran yang lain,” tambah Mafaza.
Berbekal doa dari kedua orangtuanya, Mafaza berharap dapat melanjutkan kuliahnya di Institute Pertanian Bogor (IPB), “rencananya mau lanjut ke S1 tapi untuk sekarang ini saya mau kerja dulu“ jelas Mafaza yang becita-cita jadi ustadzah.
“Semua orang punya potensi be your self, kembangkan kemampuan diri masing-masing, karena setiap orang punya kemampuan berbeda” tutur mafaza. Kiprahnya yang berprestasi akademik baik dan juga berorganisasi baik dapat menjadi teladan dan contoh bagi mahasiswa atau adik tingkatnya. Prestasi yang berhasil ia raih sebagai terbaik, ingin dipersembahkan kepada orang tuanya. (*Dini)

Jembatan “Shirotal Mustaqim” Perikanan




Reporter : Liyas Santoni

                Abbiya Khansa Athaf

Sukma_Polinela; Jembatan merupakan salah satu sarana yang penting bagi transportasi penyebrangan karena menghubungkan antara dua 2 wilayah yang terpisah oleh sungai. Politeknik Negeri Lampung (Polinela) memiliki 2 fasilitas jembatan yang sederhana sebagai penghubung jalan menuju lahan praktik, khususnya untuk praktik Program Studi Perikanan. Jembatan yang menghubungkan antara lab ikan dengan kolam budidaya ikan ini, dimiliki oleh Jurusan Peternakan, Program Studi Budidaya Perikanan. Jembatan yang menghubungkan lab ikan dan kolam budidaya pada saat ini masih memakai jembatan yang terbuat dari bambu atau masih semi permanen, sehingga mahasiswa, dosen atau PLP harus lebih waspada dalam menyebrangi jembatan tersebut agar tidak terjatuh.
Jembatan perikanan yang terletak dibelakang Lab perikanan ini sangat memprihatinkan, karena bisa dikatakan tidak layak untuk digunakan. Jembatan ini hanya terbuat dari bambu-bambu yang diikat. Keadaannya sudah mulai reyot sangat membahayakan mahasiswa dan orang-orang yang lalu lalang menggunakan jembatan tersebut, terlebih lagi setelah hujan turun karena jembatan menjadi licin. “Pihak perikanan sebelumnya sudah mengajukan perbaikan jembatan tetapi sampai saat ini belum terealisasi, tetapi tahun depan akan dibuat jembatan yang permanen pada tahun 2016 tetapi belum tentu bulan berapa terlaksananya,” ujar ibu Nurindari Yanti selaku Kepala Program Studi (KPS) pada saat di wawancarai anggota sukma (27/15).
Pada saat ada tamu dari jakarta (CPP), mereka melewati jembatan tersebut bersama Direktur dari jakarta. Jembatan yang berada di dekat perpustakaan Polinela ini harus butuh perbaikan, karena pada jembatan tersebut kayu nya sudah pada rapuh dan mudah patah serta keseimbangan semua kayu tidak stabil, sehingga dapat membahayakan mahasiswa atau dosen yang melewatinya untuk praktik di kolam budidaya ikan. Sehingga KPS perikanan memberi nama Jembatan Shirotal Mustaqim.
Hendri mahasiswa Program studi Produksi Ternak yang merupakan salah satu pengguna jembatan alternatif tersebut menyayangkan karena sampai sekarang jembatan belum juga diperbaiki. “Ya gimana ya ? kost-an saya kan dibelakang kolam dekat jalan raya samping Puspa Jaya, jadi saya sering menggunakan jembatan itu untuk pulang dan pergi ke kampus. Jadi, saya sangat menyayangkan kenapa ? sampai sekarang belum juga diperbaiki. Padahalkan jembatan tersebut sudah lama berdiri. Waktu itu sudah pernah roboh dan sekarang sudah diperbaiki, tapi masa menggunakan bambu lagi.”
Ditanyakan mengenai harapannya untuk jembatan perikanan tersebut, hendri mengatakan semoga bapak/ibu yang bertanggung jawab dengan sarana dan prasarana kampus Polinela ini, segera menindaklanjutinya. “Harapannya sih, ya supaya jembatan tersebut segera diperbaiki, karena jembatan tersebut kan sudah lama berdiri dan merupakan jalan yang banyak dilalui orang-orang seperti saya terutama mahasiswa dan dosen perikanan,” tuntasnya.  (*Dini)

Tracer Study Polinela

Reporter : Sri Rahayu

Sukma_Polinela;  Politeknik Negeri Lampung (Polinela) merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang dapat diserap dunia kerja. Dalam memenuhi tuntutan tersebut ada dua isu yang  dihadapi yaitu kualitas pendidikan dan relevansi antara kompetensi dengan kebutuhan pasar. Salah satu tahapan kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengetahui antara kompetensi dengan kebutuhan pasar adalah Tracer study. Tracer study atau Studi Penelusuran Alumni ini dilaksanakan untuk menjaring informasi atau masukkan dari alumni sebagai salah satu dasar yang sangat penting bagi evaluasi dan pengembangan kampus dalam bidang kurikulum, proses pembelajaran, sarana prasarana dan pelayanan.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2015 di ruang sidang B Politeknik dengan peserta sebanyak 35 orang yaitu Direktur dan jajarannya, Ketua Jurusan, Ketua Program Studi, Dosen, dan Tamu Undangan, Kegiatan ini dilakukan rutin dan sudah berjalan 2 tahun, mendapat dana hibah dari dikti. Sebagai peneliti utama adalah Dr. Drg. Sandra Fikawati, MPH dari Kepala Sub Direktorat Pengembangan Karir dan Ir. Ahmad Syafiq, Msc, PhD dari Deputy Director of Alumni Database and Tracer Study.
“Gambaran model Tracer study di Polinela karena tidak dilaksanakan tiap tahun, dan hanya dilaksanakan ketika Akreditasi Program Study atau Institusi atau Mendapat dana hibah,” ungkap Halim Fathoni, S.T, Msc  selaku Sekertaris Pelaksana.
Tracer study dapat mengukur dan melacak kinerja lulusan sehingga diperoleh indikator yang jelas tentang jumlah, profil kerja masa mendatang serta pelatihan yang diperlukan. Dalam kegiatan ini yang menjadi sasaran adalah alumni lulusan tahun 2014.
Hasil dari tracer study dapat digunakan untuk Pembangunan database alumni, Perbaikan administrasi dan perencanaan program studi, dan meningkatkan kualitas kurikulum di Polinela.
Kendalanya cukup banyak dan salah satunya adalah menghubungi alumni, karena sebagian besar alumni sulit dihubungi, terutamanya untuk yang bekerja diluar kota. Solusinya adalah kami menghubungi teman dekat atau teman seangkatan untuk melengkapi data. Alumni yang terdata hanya sedikit, dari 345 alumni namun hanya 131 alumni (37%) yang terdata. Karena waktu efektif pelaksanaan tracer study tahun 2014 hanya 2 bulan.
“Mudah-mudahan bisa dimanfaatkan dengan baik, sehingga kegiatan Tracer study berjalan dengan baik, dan mudah-mudahan jika kita serius mempertimbangkan Tracer Study di Polinela, bisa menjadi acuan untuk Politeknik yang lain” tuntas Ketua Pelaksana Kegiatan, Ir. Hamdani, M.Si. (*Triasdi)

UPT Kebun Perketat Peminjaman Alat

Reporter : Muhammad Fajar Mutaqin

Sukma Polinela; Unit Pelayanan Teknis (UPT) kebun adalah tempat peminjaman sarana dan prasarana untuk kegiatan praktikum regular maupun praktikum mandiri. Sejauh ini UPT telah mengetatkan sistem peminjaman barang bagi yang ingin melaksanakan kegiatan praktikum. Mengingat peraturan yang kurang ketat sebelumnya. Saat ini diterapkan peraturan baru, UPT maupun mahasiswa sudah ada perubahan dalam peminjaman sarana.
Peraturan mulai dilaksanakan semenjak penetapan surat keputusan nomor 353/PL15/PTS/2015 tentang Tata Tertib Peminjaman Alat Praktek Lapang Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kebun Politeknik Negeri Lampung tanggal 24 Agustus 2015. Namun, peraturan ini telah terlaksana pada saat dimulainya semester ganjil. “Perubahan dari petugas semenjak peraturan ini ialah telah berusaha mensosialisasi melalui kertas pemberitahuan peminjaman. Sedangkan dari mahasiswa sendiri sudah banyak yang tau walaupun masih ada yang belum tau, dan yang sudah tau ini sudah ada perubahan dengan lebih disiplin lagi untuk meminjam alat.” tutur pak Gede selaku KUPT saat ditemui diruangnya(20/10).
Peraturan UPT saat ini jika tidak mengembalikan alat pada jatuh temponya maka akan dikenakan denda. Denda pada masing-masing kelompok alat harganya berbeda. Jika mahasiswa masih belum memulangkannya maka mahasiswa akan diberikan surat tagihan. Surat tagihan akan diberikan setelah 5 hari setelah mahasiswa tidak memulangkan alat.
“Surat tagihan akan diberikan 5 hari setelah mahasiswa tidak memulangkan alat. Disimpulkan 5 hari karena efektif hari kerja adalah selama 5 hari.” Tambah pak gede.
Perlu diingat kepada mahasiswa bahwasanya pengetatan peaturan seperti ini tidak semata UPT kebun untuk mencari uang. Pengetatan peraturan ini dibuat dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa kedisiplinan mahasiswa jika meminjam alat di UPT kebun. Dampak perubahan dari mahasiswa sudah terbukti berubah menjadi lebih disiplin setelah ada peraturan seperti ini.
UPT Kebun sendiri berharap dari pimpinan dan  petugas UPT bisa memberikan pelayanan terbaik kepada civitas kampus yang membutuhkannya dan juga tak lupa kepada mahasiswa agar selalu tertib prosedur. (Triasdi)

Penambahan Kantin Polinela

Reporter : Erlinda Gista

Sukma_Polinela ; Penambahan bangunan kantin yang terletak di lantai bawah gedung Pusat Pelayanan Akademik (PPA) sudah lama direncanakan tapi baru direalisasikan pada tahun 2015 ini. Mengingat mahasiswa yang semakin bertambah setiap tahunnya, pihak Polinela memang merasa perlu melakukan pembangunan berbagai sarana dan prasarana termasuk penambahan bangunan kantin untuk mahasiswa dan umum. Dengan bertambahnya kantin, selain dimaksudkan untuk kemajuan Politeknik Negeri Lampung (Polinela) pada bidang sarana dan prasarana juga untuk memudahkan mahasiswa dalam berbelanja pada waktu makan siang atau waktu lainnya sehingga tidak perlu keluar kampus.
Menurut Erlis, S.Sos. selaku Kepala Sub. Bagian Tata Usaha ide penambahan kantin Polinela dari bagian umum sangat disambut baik bagi mahasiswa, penyewa kantin maupun pihak yang lainnya. “Tadinya ya kurang bangku, terus ibu kantin pada usulkan, mahasiswanya nambah itu tapi tempat duduknya kurang, kadang-kadang banyak mahasiswa yang pengen makan di kantin tapi gak jadi karena tempat duduknya penuh apalagi pada waktu-waktu tertentu seperti makan siang.” ujar Ibu Ati salah satu penyewa kantin Polinela.
Pengerjaan bangunan dilakukan ketika libur perkuliahan semester genap tahun 2015, jadi saat masuk perkuliahan penambahan kantin baru sudah ada. Bangunan kantin yang bertambah seperti dua bangunan baru tempat meja makan mahasiswa, pertambahan bilik dinding di lantai bawah gedung PPA yang masih kosong bagi penyewa kantin dan beralihnya posisi meja tempat duduk makan. “Fasilitas kantin di Polinela memang sengaja hanya dibangun di bawah gedung PPA supaya lebih terlihat rapih dan tertata.” jelas ibu erlis.
Dana pembangunan itu sendiri yaitu bersumber dari uang yang disewakan dari penyewa kantin. “Dengan penambahan kantin, kan mahasiswanya banyak yang makan disini, jadi pendapatan juga meningkat.” tambah Ibu Ati. Untuk menu makanan kantin yang ada di Polinela juga beragam sesuai kebutuhan mahasiswa, dosen dan yang lainnya seperti kebanyakan yang dimasak oleh penyewa kantin yaitu nasi, sayur dan berbagai lauk makanan dan juga ada yang menjual makanan ringan. Harga makanan yang dijual di kantin Politeknik Negeri Lampung juga masih dapat terjangkau kantong mahasiswa yang kebanyakan adalah anak kosan. “Menurut saya makanan yang dijual di kantin lumayan murah dan masih terjangkau kayak anak kosan seperti saya dan penambahan kantin seharusnya sudah dilakukan sejak dulu karena mahasiswanya kan makin banyak setiap tahunnya, itu pun masih kurang.” ujar Devi Safitri, salah satu mahasiswa Polinela.
Erlis, S.Sos. selaku Kepala Sub. Bagian Tata Usaha berharap dengan penambahan jumlah mahasiswa baru dan penambahan kantin dapat berhasil dan sukses sehingga mahasiswa banyak yang makan di kantin dan kebutuhan mahasiswa dan yang lainnya akan makanan juga terpenuhi. (*Dini)

Peduli Lingkungan, Polinela Adakan Gerakan Menanam Mangrove


Reporter : Agus Adipura
                 Anissa Janatun Naim

Sukma_Polinela; Hutan mangrove memiliki peranan penting bagi ekosistem di sekitarnya, terutama untuk wilayah pesisir yakni mencegah abrasi dan tsunami, serta peresapan air laut ke daratan. Oleh karena itu, upaya-upaya pelestarian hutan Mangrove perlu terus digalakkan karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pantai.  Mengingat manfaatnya yang begitu besar, perlu peran serta seluruh elemen bangsa untuk bahu-membahu memberikan kontribusi dalam rehabilitasi dan pelestarian hutan mangrove.
Politeknik Negeri Lampung (Polinela) pada Minggu, (20/9), turut ambil bagian dari upaya mulia tersebut, bekerja sama dengan Mitra Bentala Lampung bersama Dinas Kehutanan, Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Polinela, dan TNI Angkatan Laut (AL) Lampung melakukan penanaman dua ribu pohon mangrove di pesisir pantai Desa Batumenyan, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran.
Acara penanaman mangrove dimulai sejak pagi hari dengan diawali sarasehan lingkungan dan dilanjutkan penanaman bakau bersama yang dihadiri langsung oleh Jajaran Direksi Polinela, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Pihak Pangakalan TNI AL Lampung, IKA Polinela, Direktur Eksekutif Mitra Bentala, Mahasiswa Polinela, serta Perwakilan Ormawa Polinela  dan berbagai elemen masyarakat lainnya.
Dalam sambutannya Direktur Politeknik Negeri Lampung Ir. Joko SS Hartono M.T.A menyampaikan bahwa “kegiatan ini merupakan komitmen dari pihak perguruan tinggi dan mahasiswa Polinela sebanyak 450 orang mahasiswa Polinela (yang pada saat ini sudah menjadi Alumni Polinela), untuk berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan.” Disamping itu juga, kedepannya Polinela akan bekerjasama dengan Mitra Bentala untuk membuat Laboratorium Mangrove di daerah ini, tambahnya.
Sementara Pihak Pangakalan TNI AL Lampung yang dihadiri oleh Mayor David, Bagian Kemaritiman Lanal Lampung menyampaikan bahwa “kegiatan ini sangat mendukung dan sesuai fungsinya dibidang kemaritiman untuk menjaga dan menyelamatkan lingkungan terutama di daerah perairan.” Dia menegaskan bahwa Lanal Lampung sangat peduli dengan kegiatan semacam ini. Pihak Dinas Kehutanan Provinsi Lampung yang diwakili Dedi Juanda juga menyampaikan bahwa “kegiatan bersama ini harus terus dilakukan untuk upaya penyelamatan lingkungan, banyak sekali manfaatnya jika hutan mangrove tetap terjaga.”
Sedangkan Direktur Eksekutif Mitra Bentala Mashabi menegaskan bahwa “sinergisitas antar para pihak harus dilakukan dalam penyelamatan mangrove di pesisir Lampung”. “Mitra Bentala sangat konsen untuk persoalan penyelamatan ekosistem pesisir laut dan pulau-pulau kecil. Keberadaan mangrove mutlak harus tetap dijaga untuk keselamatan hidup masyarakat pesisir.” tambah Mashabi.
Dalam penanaman mangrove Ketua Ikatan Alumni (IKA) Polinela Guswarman mengajak kepada peserta gerakan tanam mangrove, terutama mahasiswa Polinela untuk ikut andil peduli terhadap penyelamatan lingkungan.
Melalui kegiatan penanaman mangrove ini diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan. Sehingga pada akhirnya tujuan penanaman mangrove dapat tercapai dan tentu juga harus ada upaya perawatan agar mangrove dapat tumbuh dengan subur dan dipastikan mampu menangkal terjangan ombak tepi pantai. (*Triasdi)


Fasilitas Yang Tak kunjung Diperbaiki

Reporter:  Tri Asdi

                       Ponijah

Sukma_Polinela; Mata kuliah bahasa inggris dalam pembelajarannya menggunakan laboratorium. Polinela memiliki 2 laboratorium bahasa, lab bahasa A dan lab bahasa B. Kedua lab tersebut digunakan oleh 5 jurusan dan 13 program study. Namun, seiring berjalan waktu jumlah mahasiswa semakin bertambah dan jumalah ruangan menjadi tidak kondusif. Alternatif lain dengan bertambahnya mahasiswa maka sementara digunakan ruang seroja 3.5 dan 3.6 sebagai ruangan tambahan. Mata kuliah bahasa inggris tidak seperti mata kuliah seperti pada umumnya yang hanya dapat bekerja di laboratorium saja. Pembelajarannya dapat dilakukan dengan menggunankan ruangan lainnya.
           Selain ruangan yang tidak memadai, fasilitas yang tersedia juga kurang. Banyak kerusakan yang terjadi seperti komputer yang tidak dapat hidup, headset yang tidak sesuai dengan jumlah mahasiswa, dan kursi yang bolong. Namun, semua itu bukan karena tanpa sebab. Semua kerusakan yang terjadi karena mahasiswa sendiri. “Semua kerusakan yang terjadi ya karena disebabkan oleh mahasiswa dan saya merasa prihatin, contohnya seperti kursi kalau hanya diduduki gak akan bolong, tapi nyatanya bisa bolong. Lalu tombol-tombol keyboard yang pada hilang, meja dicoret–coret,” ungkap bapak Yusep selaku kepala lab bahasa.
Seperti halnya fasilitas umum, banyak yang menggunakan fasilitas tersebut sehingga tak luput dari kerusakan. Hal ini karena mahasiswa yang menggunakan peralatan lab tidak bertanggung jawab. “kerusakan yang terjadi, karena fasilitas umum banyak yang memakai dan mahasiswanya tidak bertanggung jawab. Satu dosen tidak mungkin mengawasi mahasiswa yang segitu banyak. Sangat berharap atas kesadaran mahasiswa untuk menjaga fasilitas yang ada bukan malah merusaknya,” lanjutnya.
Fasilitas yang mengalami kerusakan sudah dilaporkan pada pihak atasan, namun prosesnya tidaklah semudah itu yang langsung ditanggapi. Selain kendala fasilitas lab yang tidak cukup membuat dosen harus pandai–pandai dalam mengatur waktu pemakaian laboratorium agar dapat se-maksimal mungkin. “Kendala lain yaitu mahasiswa yang banyak tapi lab sedikit. Pandai–pandai kita, dengan memaksimalkan dari pagi sampai sore. Ruangan dipakai bergantian, jika semester sebelumnya berada di lab maka semester depan berada di seroja dan sebaliknya. Jadi, berharap semua dapat terlayani,” tambahnya.
“Harapannya kedepan lab bahasa bukan hanya sekedar ruang kuliah tapi dapat menjadi semacam pusat atau tempat kegiatan yang berkaitan dengan bahasa inggris diluar jam perkuliahan seperti kursus, pelatihan, atau test,” tungkasnya.
Rasa kurang memuaskan juga dirasakn oleh para dosen dan teknisi bahasa inggris, “Untuk lab bahasa memang terfasilitasi, namun usianya sudah belasan tahun, komputer lemot dan jika ingin diganti dengan model baru susah karena komputer lama terdapat spesifikasi tertentu. Jika ingin diganti harus diganti secara keseluruhan tapi harganya yang agak mahal”. Tuntas Mr.Ali saat ditemui diruangannya. (*Triasdi)

Meningkatkan Prestasi Melalui ETC


Reporter : Denok Cinde Melati

Sukma_Polinela; “Maksud hati memeluk di kau apa daya tangan tak sampai” begitu ujar Teguh, saat ditanya mengapa kerjasama pihak Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dengan ETC (English Training Center) mengenai fasilitasi kursus bahasa inggris yang hanya diberikan kepada penerima beasiswa Bidikmisi semester  5. Kerja sama antara pihak kampus dengan pihak ETC sudah terprogram dan program tersebut memang dikhususkan untuk penerima beasiswa Bidikmisi guna untuk memanfaatkan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah agar dikelola se-optimal dan sebaik mungkin supaya dana yang diberikan menjadi berdaya guna dan berhasil guna. Beda halnya dengan penerima beasiswa bidikmisi semester 1 dan 3 yang programnya memang dirancang berbeda sesuai kebutuhan saat ini.
Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik, yang dimaksudkan supaya ketika mahasiswa yang terkait menghadapi test TOEIC mempunyai bekal dan kesiapan agar dapat meningkatan hasil dari tes tersebut.
Mahasiswa yang difasilitasi kursus bahasa inggris ini berjumlah 133 mahasiswa. Mengenai proses pembelajaran  sudah diserahkan oleh pihak kampus kepada pihak ETC sendiri, jadi mahasiswa harus mengikuti peraturan yang sudah dibuat oleh pihak ETC. Sama seperti perkuliahan pada umumnya, mahasiswa tidak boleh absen lebih dari 4x dikecualikan sedang sakit karena seharusnya mahasiswa mengikuti proses kursus minimal 80% dari pembelajaran dan jika kurang dari itu tidak layak untuk mendapatkan sertifikat. Mahasiswa yang mengikuti kursus ini akan diberikan sertifikat oleh lembaga ETC di akhir pembelajaran setelah mengikuti beberapa rangkaian test yang sudah disiapkan.

Pihak kampus dan ETC sendiri berharap mahasiswa yang mengikuti kursus ini memiliki kompetensi yang lebih. “Harapan saya mahasiswa Polinela ini nanti memiliki nilai jual yang lebih ketika memasuki dunia kerja, dan program ini menjadi efektif,” ujar bapak Refdi saat ditemui di tempat kursus ETC. Sudah waktunya mahasiswa mampu bersaing dengan SDM lainnya pada era saat ini, dimana perkembangan zaman sudah mulai meningkat pesat dan semakin ketat persaingan untuk mencari pekerjaan. (*Dini)

Menggali Informasi Untuk PDD Yang Mandiri

Reporter : Tri Asdi

               Candra Adiputra


Sukma_Polinela; Pendidikan Diluar Domisili (PDD), merupakan program kerja pemerintah yang merupakan suatu lembaga seperti universitas. Namun, dalam hal ini PDD masih berada dibawah binaan universitas lain, salah satunya yaitu Polinela. Polinela memiliki beberapa PDD dibawah binaannya. PDD Lampung Tengah dan Rejang  Lebong merupakan dua PDD dari beberapa PDD yang dibina oleh Polinela. Untuk PDD Lampung Tengah diketuai oleh Ir. Bina Unteawati, M.P. dan untuk PDD Rejang Lebong oleh Dwi Puji Hartono, S.Pi., M.Si.
Kedua PDD ini akan melepaskan diri dari Polinela, dan berniat untuk berdiri sendiri. Guna mewujudkan rencana tersebut Ibu Bina dan Bapak Dwi selaku ketua dari masing–masing PDD melakukan studi banding ke Malaysia dan Singapura. Studi banding ini bertujuan mencari informasi yang kedepannya digunakan sebagai acuan PDD untuk mandiri. Yang mengikuti studi banding tersebut diantaranya, yaitu ibu Bina dan bapak Dwi selaku ketua dari masing–masing PDD, 2 orang wakil Direktur Bapak Nurman dan Bapak Bambang, serta Bapak Zainal dan Bapak Yose.
Selama 3 hari (19–22/10) mereka berada di Malaysia dan Singapura dan berkunjung ke universitas yang ada di negara tersebut. Namun, kunjungan yang ke Singapura dibatalkan karena sistem pendidikan yang ada disana tidak sesuai dengan sistem pendidikan yang diterapkan di Polinela. Sistem pendidikan yang diterapkan di Singapura lebih condong ke arah perindustrian sedangkan Polinela dasarnya adalah pertanian. Oleh karena itu studi banding yang ke Singapura tidak dilakukan. Sehingganya studi banding hanya di lakukan di Malaysia saja.
Di Malaysia universitas yang menjadi tujuan studi banding ialah UCM dan UTM. Untuk UCM sistem pendidikan yang dianut tidak jauh berbeda dengan yang dianut oleh Polinela. Ibu Bina mengatakan, “Untuk di UCM tidak jauh berbeda seperti yang ada di Polinela, program pendidikannya pun sama, yaitu D3 dan D4. Hanya saja untuk penyebutanya saja yang berbeda.”
Sedangkan untuk universitas yang kedua, yaitu UTM, Polinela masih berada di bawahnya. Hal ini karena UTM lebih berbasis ke arah teknik tidak seperti UCM yang basisnya sama seperti Polinela. Meskipun basisnya berbeda tetapi tidak menyurutkan antusiasme dalam menggalih informasi. Dalam hal ini Ibu Bina selaku ketua dari PDD Lampung Tengah menjadi lebih berantusias, karena PDD Lampung Tengah Basisnya adalah komputer sehingganya pengetahuan yang didapatkan sangat membantu untuk PDD Lampung Tengah lebih berkembang lagi.
“Mahasiswa yang ada di Malaysia itu kreatif dan berharap mahasiswa kita juga dapat mencontoh aktivitas yang dilakukan mahasiswa Malaysia,” ungkap Ibu Bina.
Selain memperoleh pengetahuan dan informasi yang diharapkan dapat membantu dimasa yang akan datang, Polinela dan Ucem juga akan melakukan kerjasama, dan kedepannya akan dibuat program pertukaran pelajar. Diharapkan dengan ada program ini wawasan mahasiswa politeknik akan lebih berkembang dan lebih kreatif. (*Triasdi)

Hadapi MEA dengan Sistem Pendidikan KKNI

Reporter : Hartien Dini Amsal

Sukma_Polinela; 2015 tahun dimana Indonesia sudah masuk ke dalam era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), perubahan demi perubahan dalam kemajuan pendidikan banyak dilakukan oleh setiap perguruan tinggi. Pendidikan merupakan bagian yang sangat sentral bagi peningkatan mutu dan daya saing sekaligus jati diri bangsa. Melalui sistem pendidikan nasional pembentukan dan pengembangan kualitas bangsa disektor sumber daya manusia dapat dilaksanakan dan tercapai. salah satu komponen pendidikan dalam sistem pendidikan nasional adalah kurikulum.
Ditahun pembelajaran 2015 sistem pendidikan seluruh Politeknik di Indonesia telah mengacu pada KKNI. KKNI adalah Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Arti dari KKNI itu sendiri yakni kerangka perjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan diberbagai sektor.
KKNI disusun berdasarkan kesepakatan secara nasional dalam forum program studi sejenis yang melibatkan dunia profesi dan pemangku kepentingan (stakeholder). KKNI sendiri sangat lah penting bagi setiap perguruan tinggi, demi mencetak calon-calon alumni yang dapat bersaing didunia kerja. “Banyak sekali manfaat dari pembentukan KKNI itu sendiri salah satunya adalah standar kompetensi seluruh Politeknik akan sama, apabila mahasiswa ingin pindah ke Politeknik lain maka kompetensi pembelajarannya akan sama di Politeknik sebelumnya dan KKNI sendiri merupakan acuan bagi Politeknik dalam mencetak calon-calon alumni yang dapat bersaing didunia kerja”, ujar ibu Nurmala selaku Ketua Program Studi Akuntansi saat ditemui di ruangannya.
2015 merupakan tahun yang menegangkan bagi masyarakat Indonesia, sebab kita akan menghadapi pasar bebas. Demi menghadapi pasar bebas pendidikan dirancang sedemikian rupanya agar sistem kompetensi pembelajaran terus meningkat dan mengalami kemajuan. “Demi generasi dan penerus bangsa diharapkan setiap mahasiswa lebih memiliki mental dan ilmu dalam bersaing di MEA dan juga memiliki kemampuan yang berkualitas”, ungkap bapak Riko Noviandi selaku Ketua Program Studi produksi ternak.
Mulai 2015 mahasiswa-mahasiswi seluruh Politeknik di Indonesia khususnya Politeknik Negeri Lampung (Polinela) tidak perlu khawatir lagi dikarenakan setiap pembelajaran diperkuliah sudah ada kerangka kompetensi yang lebih menjurus dalam setiap program studi masing-masing. “Diharapkan mahasiswa-mahasiswi lebih mendalami program studinya masing-masing, lebih fokus dalam menimba ilmu agar kedepannya saat lulus kuliah sudah dapat bersaing didunia kerja”, tegas bapak Yatim Rahayu selaku Wakil Direktur. (*Dini)

Tanya Jawab Direktur

Hasil Studi Banding di Singapura dan Malaysia?
                Studi Banding yang dilakukan polinela merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membandingkan sistem pendidikan antara polinela dengan sistem pendidikan pada perguruan tinggi di Singapura dan Malaysia. Mengapa Singapura dan Malaysia yang dipilih untuk studi banding karena Negara tersebut yang paling mirip sistem pendidikannya dengan polinela. Dimana sistem pendidikan yang akan dipelajari adalah academy collage. Namun, di Singapura perguruan tingginya tidak ada yang berbasis pertanian sehingga kita memilih salah satu perguruan tinggi di Malaysia yaitu yang berbasis pertanian.
Tujuan dari studi banding ini yang pertama adalah agar dapat menerapkan sistem pendidikan Negara Malaysia di polinela dan di collage kita yaitu PDD ( Program studi diluar domisili).
Hasil dari studi banding ini cukup banyak yang kita bisa adopsi, seperti di Malaysia terdapat perguruan tinggi vokasi yang berbasis pertanian dan teknologi. Dimana perguruan tinggi vokasi yag berbasis pertanian yang akan dilakukan kerjasama antara polinela dan perguruan tinggi tersebut.
Penurunan Akreditasi PS Hortikultura?
        Sangat prihatin dengan hal itu dan sempat tidak percaya karena fasilitas dan jumlah mahasiswa sudah meningkat dari tahun lalu.Tetapi bagaimanapun juga kita harus mempercayai dan huruf yang sudah tertera B itu tidak dapat dirubah lagi. Hal itu bisa terjadi kemungkinan pada saat asesor datang ke polinela, kita tidak bisa menyediakan data sebagaimana asesor inginkan. Oleh karena itu, harapannya kita harus selalu siap siaga setiap saat, kita harus berfikir bahwa hari ini akan datang asesor untuk melakukan akreditasi.
Rencana Penambahan UPS ( Uninterruptible Power Suply) di Laboratorium?
           UPS merupakan alat digunakan sebagai alat back up listrik ketika PC kehilangan energy dari sumber utama. Tetapi UPS tidak menolong pada waktu yang tidak lama sehingga perawatan UPS sangat perlu sehingga tidak perlu penambahan UPS.
Kedisiplinan dalam mematikan UPS pada saat tidak digunakan sangat perlu dalam merawat UPS. Apabila kedisiplinan tersebut terjamin maka penambahan UPS tidak diperlukan. Namun, untuk di laboratorium-laboratorium masih belum terjamin kedisiplinan untuk hal itu.
Fungsi Gedung 5 Lantai Polinela?
           Fungsi gedung 5 lantai Polinela akan dimanfaatkan sebagai gedung kuliah dan ruangan dosen. Pada saat ini yang mendesak itu ada 2, yaitu gedung kuliah dan ruangan dosen. Ruangan dosen saat ini banyak yang tidaklayak seperti ruangan yang terlalu kecil dengan jumlah dosen tang banyak. Hal ini tentunya akan mengurangi kenyaman dosen. Oleh karena itu kita ingin memberikan tempat yang layak untuk dosen agar para dosen lebih betah di kampus dan dapat memberikan pendidikan dan pengajaran kapada mahasiswa secara optimal.
Selain itu, ruangan mahasiswa saat ini kurang memadai terhadap jumlahmahasiswa dalam satu kelas yang banyak sehingga membuat kelas menjadi padat. Tentunya hal ini kan mengurangi kenyamanan mahasiwa dalam belajar. Oleh karena itu, akan diberikan ruang kuliah yang lebih luas sehingga mahasiswa lebih nyaman dalam belajar dan dapat secara optimal dalam menyerap pelajaran.


Profil Kampus Tercinta


Politeknik Negeri Lampung pada awalnya dikenal dengan nama Politeknik Pertanian Negeri Lampung dan resmi menyelenggarakan pendidikan tinggi secara mandiri dan menjadi salah satu bentuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di provinsi Lampung sejak tanggal 7 April 2001, berdasarkan SK. Mendiknas RI No 036/0/2001. Pendiri: Departemen Pendidikan tinggi dan kebudayaan.
Berdasarkan rapat Senat Politeknik tanggal 19 Oktober 2002 telah ditetapkan perubahan nama Politeknik Negeri Lampung. Pertimbangan perubahan nama tersebut merupakan rencana pengembangan Politeknik di masa mendatang agar memperluas bidang studi yang dapat dilaksanakan dan dibutuhkan masyarakat , misalnya bidang studi ekonomi secara umum, keteknikan, menejemen dan sebagainya.
sejak tahun 2005 Politeknik Negeri Lampung mengelola 5 jurusan dan 13 Program Studi yaitu Jurusan Ekonomi dan Bisnis (Agribisnis, Akuntansi, Manajemen Informatika), Budidaya Tanaman Pangan (Produksi Tanaman Pangan, Hortikultura, Teknologi Perbenihan), Budidaya Tanaman Perkebunan (Produksi dan Manajemen Industri Perkebunan dan Produksi Tanaman Perkebunan), Teknologi Pertanian (Mekanisasi Pertanian, Teknik Sumber Daya dan Lahan dan Teknologi Pangan), dan Perternakan (Budidaya Perikanan dan Produksi Ternak).
Politeknik Negeri Lampung diamanatkan untuk melaksanakan Pendidikan Vokasi, yaitu Pendidikan Tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dan profesionalitas dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program Sarjana. Oleh karena itu pendidikan di Politeknik Negeri Lampung lebih diarahkan kepada pembelajaran yangprofesionaldengan dukungan tenaga pengajar (dosen), teknisi, tenaga administrasi, dan fasilitas pendukung proses belajar mengajar yang menunjang sistem pembelajaran tersebut.

Visi dan Misi Politeknik Negeri Lampung sebagai lembaga pendidikan tinggi dalam pengembangannya selain berpedoman pada azas dasar cita-cita kemanusiaan juga tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa dan kelestarian sumber daya alam, berlandaskan pancasila dan UUD 1945. Disamping itu pengembangan Politeknik juga ditetapkan berdasarkan antisipasi kedepan, kemana dan bagaimana Politeknik harus dibawa, karya-karya yang dihasilkan sumbangan apa saja yang bisa diberikan kepada masyarakat dan negara serta ekstensinya dapat diperhitungkan oleh lembaga-lembaga lainnya.
dengan mengacu pada batasan-batasan tersebut maka Politeknik Negeri Lampung mempunyai slogan atau motto yaitu Perguruan Tinggi penghasil insan profesional cerdas dan kompetitif. Namun dalam perjalanannya dan pergantian direktur periode baru maka Politeknik mempunyai visi terbaru, yaitu “Pada Tahun 2020 Politeknik Negeri Lampung Menjadi Perguruan Tinggi Vokasi 5 Besar di Indonesia.”
Dan untuk mencapai cita-cita tersebut, misi Politeknik Negeri Lampung mempunyai misi yaitu:

  1.  Melaksanakan penelitian terapan untuk menopang pendidikan dan transfer IPTEKS guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
  2.  Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat atas dasar tanggug jawab sosial demi kepentingan masyarakat.
  3.  Menjalin kerjasama secara berkelanjutan dengan sta keholder.
  4.  Mengembangkan organisasi yang sehat dengan manajemen yang transparan.

Gajah Lampung Icon Kota Berseri

Reporter: Reni Aprillia

Keragaman Indonesia tersebar dari sabang sampai marauke, seperti keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, maupun bahasa. Setiap suku bangsa hidup dalam kelompok masyarakat yang mempunyai kebudayaaan berbeda-beda satu sama lain. Masing-masing daerah atau masyarakat mempunyai corak dan budaya yang memperlihatkan ciri khasnya seperti pakaian adat, bentuk rumah, tarian, kerajinan, bahasa dan tradisi lainnya.
Lampung salah satu suku bangsa yang memiliki ciri khas tersendiri. Lampung tidak hanya terkenal dari segi wisata ataupun kuliner, namun budaya lampung juga kini telah terdengar oleh masyarakat indonesia. Budaya lampung yang unik menjadikan para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan interlokal tertarik untuk mengenal lebih dalam budaya lampung.
Selain siger dan tapis yang tak kalah menarik adalah gajah lampung yang menjadi ciri khas dari kota berseri ini. Hal ini tentunya tak akan terlewatkan dari pandangan para seniman. Selain menyalurkan bakat, mereka juga dapat meraih keuntungan dari budaya lampung ini. Melalui tangan-tangan kreatif para seniman, budaya lampung disulap menjadi suatu kreatifitas yang memiliki nila seni dan bermutu tinggi, seperti kerajinan gajah salah satunya. Oleh sebab itu pula kerajinan ini dapat dijadikan sebagai souvenir atau cindra mata bagi wisatawan yang berkunjung ke lampung sebagai ciri khas kota lampung.
Seperti salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri kreatif ini.
Sanggar Wisnu adalah nama perusahaan yang menyediakan produk dengan mengangkat budaya atau keunggulan dari daerah lampung, patung gajah yang merupakan icon daerah lampung salah satunya.
Perusahaan yang dipimpin I Made Karma sejak tahun 1991 tidak pernah berhenti berproduksi. Perusahaan ini berlokasikan di Jalan. Cindrawasih No.5B Kelurahan Banjarsari, Metro Utara, Lampung.
Sanggar Wisnu berkonsentrasi pada bentuk-bentuk trimatra atau 3 dimensi seperti figur-figur gajah sebagai komoditif, tetapi juga menerima order berwujud trimatra lainnya sesuai pesanan seperti papan nama, stand meja, area-area penghias taman serta relief dokumenter, bahkan tugu penghias kota merupakan produk-produk diantaranya. Bahan yang digunakan dalam kerajinan inipun sebagian besar berbahan baku dari kayu-kayu lokal seperti kayu jati, mahoni, dan kayu eboni yang dapat diperoleh dari masyarakat sekitar tempat usaha. Terkadang juga menerima pesanan berbahan baku pasir dan semen, fiber glass, dan perunggu.
Untuk menghasilkan kerajinan gajah yang baik dan indah I Made Karma tidak menemui kesulitan apapun. Ia dan karyawannya hanya menggunakan imajinasi yang fantastik dan menerapkannya dengan cara memahat secara langsung bahan-bahan yang kemudian membentuk patung gajah 2 dimensi ataupun 3 dimensi, namun sesekali dapat dibantu dengan sketsa yang kemungkinan kecil dilakukannya.
Tak ada gading yang tak retak, walaupun tak menemui kesulitan dalam pembuatan patung, namun kendala tetaplah kendala. Kendala tetap akan ada dalam setiap usaha, dan kendala dalam perusahaan ini adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada untuk memenuhi produk-produk permintaan pasar. Sanggar Wisnu hanya memiliki karyawan tetap sebanyak 7 orang dan karyawan lepas sebanyak 3 orang yang dipanggil jika dibutuhkan ada pesanan banyak dan mendesak.
Target pasar akan diberlakukan kepada setiap orang yang bertandan kelampung. “Setiap yang berkunjung kelampung ia akan memerlukan kenang-kenangan atau cindra mata, nah cindra mata itulah yang akan kami suguhkan yaitu khas lampung seperti gajah dan kain tapis,” ujar I Made Karma.
Wisatawan lokal maupun mancanegara merupakan sasaran utama, namun sejauh ini masih didominasi oleh wisatawan dan tamu-tamu negara yang sedang berkunjung kelampung. Hotel-hotel menjadi salah satu sarana pemasaran yang sangat efektif, ini dikarenakan wisatawan yang berkunjung biasanya menggunakan hotel sebagai tempat interpretasi yang didapat didaerah lampung. “Sampai luar negeripun ada, namun saya tidak mengirim langsung, hanya seperti pertukaran pelajar atau mereka yang kunjungan lembaga,” pungkasnya.
Beberapa negara yang sudah mengenal kerajinan gajah lampung ini mencangkup daerah Asia Tenggara, Jepang, Cina, Belanda dan Amerika secara parsial.
Semoga nantinya kerajinan yang mengangkat unsur lokal dan unsur budaya ini dapat menambah jumlah wisatawan yang berkunjung baik dalam maupun luar negeri kelampung dan dapat menjadikan budaya lampung lebih dikenal dan dicintai oleh masyarakat Indonesia.