Sunday, July 5, 2015

Dana Minim, EPA Tetap Jalan


Reporter : Dwi Ayu Kusuma Wardani

                 Tri Asdi

Sukma Polinela; EPA (English Proviciency Award) kegiatan tahunan terbesar yang  diselengarakan oleh english club selama tiga hari (1-3/5). Tiga hari selama kegiatan diadakan tiga cabang perlombaan, yaitu scra­bble, story telling, dan debate. Namun, perlombaan yang tingkat nasional hanya scrabble, sedangkan untuk perlombaan story telling dan debate hanya tingkat Sumatera bagian selatan. Jumlah peserta yang mengikuti perlombaan yakni sebanyak 64 peserta yang terbagi atas 30 peserta mengikuti srabble, debate sebanyak 30 peserta, dan story telling sejumlah 4 peserta.  Tema yang diangkat kali ini adalah “Improve our quality”. Maksud dari tema ini, yaitu berani mengembangkan dan memberikan kualiatas yang terbaik selama per­lombaan berlangsung. Bagi peserta lomba yang ber­asal dari luar lampung di­sediakan penginapan yang bertempat di Wisma Bandar Lampung.
Hari pertama EPA dimulai dengan pembukaan, yang dilanjutkan lomba scrabble dengan jumlah peserta 24 peserta intermediate dan 6 peserta master. “Untuk inter­mediete rangking scrabble <1200. Untuk yang master peserta harus memiliki peringkat >1200. Namun, ada ke­mungkinan untuk yang intermediete mengikuti tingkat master asalkan sering ber­main dan sering menang karena akan berpebearuh pada peringkat”, ungkap Indra Arista selaku ketua pelaksana.
Hari kedua pelaksanaan, diadakan lomba story telling dan debate. Tetapi untuk lomba scrabble dan debate masih terus berlanjut hingga hari terakhir, karena pelaksanaannya yang memakai metode seleksi. Sedangkan storry telling hanya memakan waktu satu hari dan langsung mendapatkan pemenangnya.
Hari terakhir atau hari ketiga, melanjutkan perlombaan hari sebelumnya pada hari pertama dan kedua. Untuk hari terakhir ini dipakai mencari pemenang untuk perlombaan scrabble dan debate.
Banyak kendala yang dihadapi selama persiapan guna menyukseskan acara ini. “Inikan acara senasional, tapi akan memalukan jika tidak memiliki sponsor. Terkendala mengajukan proposal-proposal dana ke perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana sedikit kesulitan. Sebenarnya dana yang dibutuhkan 56 juta, namun dana yang tersedia hanya 20 jutaan. Meski dana tidak terkumpul sepenuhnnya, acara harus tetap jalan walau banyak yang dipangkas”, lanjutnya.
“Kendala yang kedua adalah jumlah peserta, peserta yang diluar Lampung agak sulit karena jaraknya yang jauh, jadi cuma Jakarta yang mendaftar. Sebenarnya sudah diberikan informasi dari kami, tapi mungkin ada masalah dari pesertanya sendiri yang terkendala dana. Pada awalnya peserta  sangat berantusias dan sudah ingin mendaftarkan diri, namun saat mendekati hari pelaksanaannya peserta tidak jadi mengikuti lomba karena pihak sekolah tidak memberikan dana dan izin”, tambahnya.
Ada harapan jika story telling dan debate  dapat diadakan dalam tigkat nasional. Namun karena alasan yang sama, yaitu peserta dan dana yang tidak mencukupi sehingga pelaksanaannya hanya tingkat sumbagsel. Selain itu, perlombaan yang hanya tingkat SMA maka ruang lingkup yang awalnya ingin secara tingkat nasional hanya dilaksanakan tingkat sum­bagsel. Total hadiah yang diperebutkan senilai 6,5 juta untuk seluruh perlombaan. Kategori pemenang lomba yaitu juara 1, 2, dan 3 untuk kategori umum dimana untuk peserta perempuan atau pria tidak dibedakan. Dan untuk kategori debate terdapat pemenang tambaha yaitu sebagai best speaker.
Tanggapan Arif mengenai acara tersebut, “Utuk acara ini dapat dibilang sukses dari acara-acara sebelumnya. Tapi untuk kegiatan selanjutnya butuh kerja sama tim yang baik karena sempat ada sedikit konflik antar anggota namun dapat diatasi. Sarannya kedepan agar dapat menjalin kekeluargaan tidak saling menyalahkan, saling iklas dalam melakukannya, serta bekerja secara professional”.
“Saya sangat bangga karena tahun ini kegiatan EPA kembali menjadi kegiatan nasional. Harapan selanjutnya kami dapat meningkatkan jumlah peserta dari tahun ini, serta mempertahankan kegiatan ini sebagai kegiatan nasional yang dapat membanggakan Polinela”, tanggapan Rizki sebagai ketua umum. (*Tri Asdi)




0 comments:

Post a Comment