Reporter: Denok Cinde Melati
Di era
globalisasi dengan kecanggihan teknologi yang pesat, dimana produk tansportasi
banyak sekali yang sudah canggih, mulai transportasi darat, udara, dan laut
sekalipun. Berbagai fasilitas dan model sudah banyak diluncurkan dari
transportasi masa kini. Misalnya tranportasi darat yang menawarkan mobil-mobil
mewah dengan body anti peluru, atau transportasi udara seperti pesawat jet
pribadi dengan fasilitas yang serba ada, juga transportasi laut yang kini
banyak menawarkan kemewan untuk menikmati indahnya samudera dengan menggunakan
kapal pesiar yang super indah nan mewah dengan fasilitas yang membuat nyaman
para penumpangnya.
Transportasi
di era modern itu dibuat oleh teknisi hebat dengan pengalaman yang sudah tidak
diragukan lagi, juga dengan bantuan teknologi era masa kini yang menunjang
sarana dan prasarananya sehingga menjadikan transportasi itu berkualitas bagus.
Namun, dibalik
kemewahan serta kecanggihan transportasi yang di imingi oleh teknologi masa
kini itu, masih terdapat banyak sekali di Negara kita yang belum menggunakan
teknologi tersebut karena harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan
transportasi itu jauh dari jangkauan
perekonomian ekonomi bangsa Indonesia.
Seperti halnya
Bapak Darwis dan teman-temannya yang saya temui ditengah kesibukannya pada pagi
hari saat beliau sedang membuat dan memperbaiki Kapal Cantrang ( kapal yang
dipakai nelayan untuk mencari ikan) dan Kapal Pelele (kapal yang dipakai untuk
mengangkut penumpang ke Pulau). Beliau dengan para pekerja juga kru kapal yang
lain sedang memperbaiki kapal yang biasa mereka gunakan untuk mencari sesuap
nasi itu, kapal itu sedang direnovasi pada bagian bawah dengan pergantian kayu
yang sudah mulai rapuh termakan usia, juga sedang diperbaiki mesinnya karena
mengalami kerusakan peda mesin kapal sehabis dipakai berlayar selama setengah
bulan dilautan.
Kapal Cantrang
yang sedang diperbaiki itu sudah berusia 5 tahun dari masa pembuatannya, Kapal
yang biasa mereka gunakan untuk berlayar mencari ikan ini berukuran cukup besar
dengan panjang 17meter, dan dibagian dalam tubuh kapal juga mereka lengkapi
dengan fasilitas dapur juga tempat peristirahatan yang mereka gunakan selama
masih berlayar ditengah laut. “ya walaupun gak mewah kayak Kapal yang di TV itu
tapi fasilitasnya cukup memadai bagi kami kok mbak” begitu ujar Bapak Darwis.
Pembuatan
Kapal Cantrang biasa memakan waktu selama 3bulan lebih sedangkan jika hanya
renovasi atau perbaikan memakan waktu paling lama satu bulan setengah sesuai
jenis kerusakan dan renovasi yang dilakukan. Meskipun Kapal sederhana tetapi
pembuatannya pun harus teliti, juga dengan kesabaran. Para pekerja menghaluskan
kayu yang akan dijadikan badan kapal dengan hati-hati juga kecermatan, pekerja
yang lain pun memberi sentuhan estetika pada badan kapal dengan mengecat setiap
bagian menggunakan warna terang yang berbeda untuk mengindahkan Kapal itu jika
dilihat.
Dibagian depan
Kapal terdapat bendera Merah Putih yang sedang berkibar, saat ditanya apakah
karena akan memperingati Hari Kemerdekaan Bangsa kita makanya Kapal dipasangi
Bendera beliau menjawab, “Bendera itu memang sudah lama terpasang disitu mbak,
bahkan dikapal nelayan yang lain juga ada benderanya, bukan hanya untuk
memperingati Kemerdekaan saja, tetapi bendera itu untuk menunjukkan identitas
diri kalau kami adalah nelayan Indonesia, lihat saja warna benderanya sudah
mulai using karena termakan usia”.
Bapak Darwis
dan teman Nelayan lainnya begitu mencintai Tanah Airnya karena ia merasa sudah
menyatu dengan alam, terlebih lagi lautan yang sehari-harinya sudah menjadi
tempat tinggal mereka lebih dari rumah mereka sendiri.
Harapan mereka supaya Lautan tetap terjaga kelestariannya, dan supaya
Indonesia yang merupakan Negara yang 3/1 daerahnya adalah lautan ini
memperhatikan mereka sebagai Nelayan Kecil yang membutuhkan uluran Tangan.
0 comments:
Post a Comment